| Candi Manggala Banyuwangi miniatur Borobudur |
Di tengah suasana asri Banyuwangi, tepatnya di Dusun Sidorejo Wetan, Desa Yosomulyo, Kecamatan Gambiran, kini berdiri Candi Manggala – sebuah candi yang menjadi ikon spiritual bagi umat Buddha.
Kehadirannya menciptakan semacam miniatur Borobudur di era modern, yang tak hanya mengundang umat Buddha untuk beribadah, tetapi juga warga dari berbagai kalangan untuk menyaksikan keindahan dan kedamaian yang dihadirkan candi ini.
Dibangun dengan luas 15 meter persegi dan tinggi tujuh meter, Candi Manggala merupakan gagasan Bhante Vihara Dhamma Harja, Bhikkhu Teja Punno dari Blitar. Candi ini berada diatas lahan seluas kurang lebih 1 hektar.
Dalam candi ini, terdapat empat patung Buddha yang masing-masing menggambarkan fase meditasi berbeda – tiga patung berukuran besar setinggi dua meter dan satu patung kecil di inti candi setinggi satu meter.
Keunikan lain terlihat dari keberadaan patung naga di setiap pintu yang mewakili tradisi Buddha dari berbagai wilayah Asia; di sisi selatan, naga bergaya Thailand, di timur naga Tiongkok, di barat naga Bali, dan di utara naga bergaya Jawa.
Lebih dari sekadar bangunan fisik, Candi Manggala dilengkapi dengan relief di bagian bawah candi yang menceritakan perjalanan hidup Pangeran Siddharta – sang penyebar agama Buddha – mulai dari kelahiran, pencarian penerangan sempurna, hingga wafatnya.
Relief dan ornamen candi ini dipesan khusus dari seniman batu di Muntilan dan Trowulan, serta patung yang diukir oleh seniman asal Bali, menambah kesan khas dan autentik yang kuat.
Sejarah dan Makna Candi Manggala di Kampung Candi
Inspirasi pendirian Candi Manggala berasal dari sejarah kampung ini sendiri.
Nama "Kampung Candi" telah melekat di Dusun Sidorejo, meski tak pernah ada candi di wilayah tersebut sebelumnya.
Menurut Agus Suyanto, Kepala Vihara Dhamma Harja, julukan "kampung candi" diberikan karena sejarahnya terkait nenek moyang bernama Mbah Candi yang pernah membabat kawasan ini.
"Dulunya, warga sering bergurau, kampung ini disebut Kampung Candi, tapi tidak ada candi," tutur Agus seperti dikutip dari Radar Banyuwangi.
Menyadari hal ini, Bhikkhu Teja Punno memutuskan untuk menghadirkan candi di desa tersebut, menjadikannya sebagai simbol sejarah dan sekaligus mewujudkan julukan Kampung Candi yang telah lama disematkan.
Pada awal tahun 2022, Bhikkhu Teja Punno—pemangku agama Buddha yang membawahi umat di wilayah Besuki (Banyuwangi, Situbondo, Bondowoso)—menginisiasi pembangunan sebuah candi di belakang Wihara Dhamma Harja.
Gagasan ini sekaligus merealisasikan julukan Kampung Candi dan memberikan pusat ibadah dan kegiatan spiritual yang representatif tak hanya untuk umat Buddha di Banyuwangi, tetapi juga dari wilayah Jawa Timur dan Bali.
Pembangunan dilakukan di atas lahan sekitar 1 hektare, memanfaatkan lokasi strategis yang mudah dijangkau umat dan warga lokal.
Makna dan Harapan dengan Berdirinya Candi Manggala
Kehadiran Candi Manggala membawa dampak besar bagi umat Buddha di Banyuwangi, khususnya yang tinggal di Kampung Candi yang merupakan daerah dengan jumlah penganut Buddha terbanyak di Banyuwangi.
Dengan lebih dari 150 kepala keluarga pemeluk Buddha di Dusun Sidorejo dan sekitar 200 kepala keluarga di Dusun Sidomukti, Candi Manggala menjadi tempat utama untuk berbagai upacara besar, seperti Waisak, Asadha, Katina, dan Magapuja.
Bahkan, pada Agustus 2023 lalu, candi ini menjadi tuan rumah perayaan Hari Raya Asadha yang dihadiri ribuan umat Buddha dari berbagai daerah.
Selain sebagai tempat ibadah, Candi Manggala berperan dalam mengenalkan ajaran Buddha kepada umat, baik melalui acara keagamaan maupun kajian yang rutin diadakan.
Menurut Agus, "Dengan adanya candi ini, umat Buddha bisa lebih mudah mengenal dan mempraktekkan ajaran Buddha di kehidupan sehari-hari."
Tak hanya untuk umat Buddha, candi ini juga menjadi ruang bagi kegiatan masyarakat umum.
Bahkan, warga non-Buddha pun dipersilakan berkunjung selama menjaga kebersihan dan menaati aturan yang ada.
Candi Manggala bukan hanya tempat ibadah, tetapi juga menjadi simbol harmoni keberagaman di Desa Yosomulyo, yang dikenal sebagai "miniatur Indonesia" karena penduduknya yang terdiri dari berbagai agama.
Jam Buka dan Tiket Masuk Candi Manggala
Resmi dibuka sejak awal November 2025 lalu untuk umum, keberadaan candi Manggala segera viral di media sosial. Banyak warganet yang menanyakan seputar lokasi candi, jam buka dan tiket masuknya.
Jam Buka
Bagi Anda yang berencana mengunjungi Candi Manggala, sampai saat ini (2025) belum ada ketentuan pasti tentang kapan pengunjung bisa datang dan sampai jam berapa.
Artinya pengunjung bisa datang sejak dari pagi sampai sore.
Tiket Masuk
Berapa tiket masuk Candi Manggala? Sampai artikel ini ditulis, secara resmi pengunjung candi tidak dikenakan tiket masuk.
Setiap pengunjung hanya diarahkan menulis data di buku tamu dan memberikan sumbangan secara sukarela.
Akses Menuju Lokasi Candi Manggala
Lokasi Candi Manggala berada di wilayah selatan Banyuwangi, tepatnya di Dusun Sidorejo Wetan, Desa Yosomulyo, Kecamatan Gambiran, Kabupaten Banyuwangi.
Untuk mencapai lokasinya, paling dekat dari Kecamatan Genteng, jaraknya sekitar 4.8 KM.
Dari jalan raya Kecamatan Genteng, arahkan kendaraan menuju Jajag. Nanti sebelum SPBU Yosomulyo, akan bertemu perempatan jalan, belok ke kiri sejauh kurang lebih 1 KM.
Nanti di sisi kiri jalan akan terdapat papan penunjuk ke lokasi Candi Manggala, ikuti saja sampai mencapai lokasi.
Sedangkan bagi pengunjung dari arah Banyuwangi kota, pertama-tama arahkan kendaraan ke Rogojampi, sampai lampu merah pertigaan Lincing.
Dari pertigaan ini, pengunjung bisa menuju lokasi candi, melalui Srono atau Genteng. Pilihannya lebih dekat lewat Genteng.
Jika melalui Srono akan melewati Benculuk, Jajag, Yosomulyo sampai menemukan SPBU Yosomulyo, lalu belok ke kanan.
Untuk mudahnya gunakan saja lokasi "Candi Manggala" di Google maps sebagai patokan arah jalan.
Pembangunan Candi Manggala di Yosomulyo, Banyuwangi memang belum sepenuhnya selesai, namun bangunan utamanya sudah berdiri dengan kokoh.
Penting diingat bahwa Candi Manggala bukan tempat wisata, namun tempat ibadah bagi umat Buddha yang terbuka bagi umum untuk mengunjunginya.
Dengan berdirinya Candi Manggala, Banyuwangi kini memiliki pusat spiritual dan budaya yang tak hanya menambah kekayaan budaya daerah, tetapi juga mempererat nilai keberagaman di tengah masyarakat.
Harapan ke depannya, candi ini dapat menjadi tempat peribadatan utama bagi umat Buddha di Jawa Timur, sebagaimana program yang telah dicanangkan oleh Kementerian Agama Jawa Timur.

0 komentar:
Posting Komentar