Di tengah dengung kendaraan dan derap langkah kaki di jantung Kota Banyuwangi, sebuah ruang hijau telah lama menjadi napas publik yang sederhana namun vital: Taman Blambangan.
Pada sore hari, anak-anak berlarian mengejar bola; pagi-pagi, lansia duduk bercengkerama di bawah naungan pohon; malam Minggu, panggung kecil menampung para penampil lokal dan meja-meja kuliner menyebar harum Rujak Soto serta Sego Tempong.
Kini taman itu sedang dipersiapkan untuk perubahan besar — bukan hanya perbaikan fasilitas biasa, tetapi transformasi menjadi ikon baru kota yang dirancang untuk menyambung masa lalu, menampung aktivitas masa kini, dan membentuk wajah Banyuwangi ke depan.
Informasi utama tentang rencana ini dipublikasikan oleh RadarBanyuwangi/JawaPos.
Menyulam kembali ruang publik: gagasan dan aktor di baliknya
Trotoar di Taman Blambangan yang asri sangat memanjakan pedestrian maupun jogging. |
Taman Blambangan adalah ruang publik ikonik di pusat Kota Banyuwangi yang selama ini berfungsi sebagai area olahraga, rekreasi, dan panggung acara masyarakat.
Baru-baru ini pemerintah daerah mengumumkan rencana revitalisasi taman untuk menjadikannya ikon baru kota dengan melibatkan arsitek nasional dan anggaran yang diperkirakan mencapai Rp10 miliar.
Taman Blambangan berupa alun-alun/lapangan berumput di jantung Banyuwangi yang kerap dipakai untuk jogging, olahraga (basket, voli), pasar kuliner dan acara komunitas.
Lokasi yang sangat sentral membuatnya mudah diakses — menjadi titik berkumpul keluarga, anak muda, dan berbagai kegiatan publik.
Proyek revitalisasi Taman Blambangan akan melibatkan arsitek nasional Yori Antar, yang sebelumnya dipercaya menata kawasan Asrama Inggrisan.
Pilihan ini bukan kebetulan: pemerintah daerah ingin agar wajah Taman Blambangan selaras dengan penataan ulang kawasan bersejarah di sekitarnya sehingga tercipta konektivitas ruang publik yang kuat.
Menurut Kepala Bidang Penataan Ruang Dinas PU CKPP Banyuwangi, tahun pertama akan dipakai untuk mematangkan desain dan konsep, sementara pekerjaan fisik direncanakan dimulai pada tahun berikutnya.
Pernyataan ini menegaskan bahwa proyek bukan sekadar estetik; ia juga soal perencanaan matang agar fungsi sosial dan nilai sejarah tetap terjaga.
Anggaran dan ambisi: Rp10 miliar bukan sekadar angka
Dalam pemberitaan lokal disebutkan angka anggaran yang diperkirakan mencapai Rp10 miliar — sebuah tanda ambisi daerah untuk menempatkan Taman Blambangan sebagai titik fokus kota.
Anggaran sebesar itu akan memungkinkan penataan elemen-elemen penting: dari kualitas paving yang estetis di Jalan Veteran hingga permukaan jogging track yang dibuat ramah lingkungan menggunakan material seperti rubber atau gravel, yang dicontohkan setara dengan standar lintasan olahraga.
Skala ini juga membuka peluang integrasi infrastruktur penunjang seperti penerangan publik berkualitas, furnitur urban yang tahan lama, dan pengelolaan lanskap yang lebih baik.
Menjaga Memori Kota Sambil Menata Masa Depan
![]() |
Revitalisasi Taman Blambangan tidak mengubah fungsi utamanya sebagai ruang terbuka hijau, justru memudahkan konektivitas dengan wilayah sekitarnya. |
Salah satu kekhawatiran umum ketika ruang publik dirombak adalah: apakah nilai historis akan hilang? Tim perencana menegaskan sebaliknya.
Desain diarahkan untuk mempertahankan elemen-elemen warisan—misalnya Gedung Juang (Gesibu Blambangan) dan fungsi lapangan olahraga—sekaligus memberikan tampilan modern yang ramah pejalan kaki.
Model konektivitas yang dicanangkan akan menjadikan taman sebagai jembatan visual dan fungsi antara Pasar Banyuwangi, Asrama Inggrisan, dan jalan-jalan tua yang menyimpan jejak sejarah kota.
Upaya ini dapat menjadi contoh penataan kota yang menempatkan pelestarian sejarah sebagai bagian dari estetika modern.
Suasana Sekarang: Hidup Sederhana Yang Harus Dilindungi
Bagi warga, Taman Blambangan bukan hanya objek foto; ia adalah ruang kehidupan.
Penjual kuliner kaki lima, komunitas olahraga pagi, forum anak-anak sekolah yang melakukan aksi lingkungan, hingga seniman jalanan yang menghidupkan malam — semua ini memberi karakter pada taman.
Warga menginginkan ruang yang lebih nyaman namun tetap terjangkau; pemerintah menanggapi aspirasi ini dengan pendekatan desain yang memprioritaskan aksesibilitas dan fungsi publik sehari-hari.
Mempertahankan suasana ramah keluarga sambil menambah kualitas fasilitas adalah tantangan mendesain yang perlu dihadapi.
Jejak Kecil Yang Berdampak Besar: Jogging Track, Paving, dan Konektivitas
Rencana teknis yang disebutkan — penggantian jogging track dengan material ramah lingkungan dan paving Jalan Veteran yang berkualitas tinggi — tampak sederhana, tetapi memiliki efek domino.
Jogging track yang nyaman mendorong aktivitas sehat publik; paving yang baik meningkatkan kenyamanan pejalan kaki dan citra kota; konektivitas antar-ruang publik memudahkan pergerakan sehingga pusat kota terasa lebih hidup.
Ketika unsur-unsur kecil seperti bahan lantai dan tata cahaya dipikirkan matang, ruang publik lalu bertransformasi menjadi tempat yang aman, inklusif, dan estetis untuk semua kalangan.
Perubahan dan fitur yang direncanakan
Berdasarkan pernyataan pihak dinas, beberapa poin penting yang disiapkan dalam rancangan adalah:
Penataan konektivitas antar-ruang publik (menghubungkan Taman Blambangan dengan Pasar Banyuwangi dan Asrama Inggrisan) sehingga kawasan pusat kota terasa lebih terpadu.
Perbaikan fasilitas olahraga & pedestrian — termasuk upgrade jogging track menggunakan material ramah lingkungan seperti rubber atau gravel yang mirip standar lintasan olahraga.
Paving Jalan Veteran dengan kualitas tinggi untuk memperkuat estetika dan konektivitas pejalan kaki.
Pelestarian elemen cagar budaya dan fasilitas publik (mis. Gesibu Blambangan, lapangan basket) — desain baru akan menjaga nilai historis sambil menampilkan wajah kota yang lebih modern.
Pengerjaan proyek fisik dilakukan tahun depan (2025) setelah revitalisasi Asrama Inggrisan dan Pasar Banyuwangi selesai
Tantangan Yang Tak Terlihat: Pemeliharaan dan Partisipasi Masyarakat
Bagaimana pengelolaan sampah, keamanan, dan akses ekonomi bagi pedagang kaki lima?
Keberlanjutan proyek bergantung pada mekanisme pemeliharaan yang jelas—apakah melalui dana pemda, skema kemitraan publik-swasta, atau pengelolaan komunitas lokal.
Selain itu, melibatkan masyarakat sejak proses desain (co-design) akan menambah rasa memiliki warga, yang pada akhirnya mengurangi risiko vandalisme dan meningkatkan kepedulian kolektif terhadap ruang baru ini.
Praktik terbaik kota-kota lain menunjukkan bahwa taman yang hidup adalah taman yang diurus bersama.
Renovasi fisik seringkali disertai tantangan jangka panjang: siapa yang akan menjaga taman setelah dibangun?
Dampak ekonomi dan pariwisata: ruang publik sebagai magnet lokal
Transformasi Taman Blambangan berpotensi memperkuat pusat ekonomi kecil di sekitarnya—kafe, gerai oleh-oleh, transportasi lokal, dan pasar kuliner.
Selain itu, taman yang estetis dan terawat menambah daya tarik bagi wisatawan yang singgah di pusat kota sebelum melanjutkan perjalanan ke destinasi alam Banyuwangi seperti Kawah Ijen atau pantai selatan.
Dengan kata lain, investasi ruang publik memiliki efek multiplikasi—membangun estetika kota sekaligus membuka peluang ekonomi mikro.
Info praktis untuk pengunjung
Lokasi: Pusat Kota Banyuwangi (dekat Pasar & Gedung Juang area).
Jam kunjungan: Sebagai fasilitas publik terbuka, taman biasanya dapat diakses 24 jam; namun kegiatan dan fasilitas ramai pada sore hingga malam hari.
Fasilitas saat ini: Jogging track, lapangan olahraga (basket/voli), area nongkrong, dan sering menjadi lokasi pasar kuliner/event.
Catatan akhir: ruang adalah cerita bersama
Mewujudkan visi Taman Blambangan sebagai ikon kota bukanlah soal monumentalitas semata, melainkan tentang menjahit kembali ruang-ruang kecil yang membuat kota bisa bernapas.
Jika desain mampu menjaga memori, melayani kebutuhan warga, dan tetap terbuka untuk peran ekonomi lokal, maka taman itu akan menjadi lebih dari sekadar "taman baru" — ia akan menjadi halaman depan identitas Banyuwangi yang dapat dinikmati semua generasi.
0 komentar:
Posting Komentar