THREE IN ONE ALA BANYUWANGI : FESTIVAL KULINER SEGO CAWUK, AGRO EXPO DAN ART WEEK DIGELAR BERSAMAAN

Festival Kuliner Sego Cawuk Banyuwangi berlangsung meriah. Sebanyak 175 peserta dan ribuan penonton ikut memeriahkan jalannya festival yang merupakan rangkaian kegiatan Banyuwangi Festival 2016 ini. Dibawah guyuran hujan lebat, Menko Maritim dan Sumber Daya, Rizal Ramli membuka secara resmi 3 even festival sekaligus, Sabtu (9/4/2016). Selain Festival Sego Cawuk, dua lainnya adalah Banyuwangi Art Week dan Agro Expo yang berlangsung bersamaan, baik waktu maupun tempatnya. Ketiga festival tersebut berlangsung di Taman Blambangan. Benar-benar three in one yang efektif.
Festival kuliner Sego Cawuk Banyuwangi 2016.
Festival Sego Cawuk berlangusng meriah (sumber : streaming Live.banyuwangikab.go.id)









Peserta Festival Sego Cawuk berasal dari seluruh lapisan masyarakat Banyuwangi yang dikelompokkan dalam 4 kategori. Kategori A merupakan peserta yang merupakan pemilik warung atau penjual kaki lim. Kategori B berasal dari restoran, hotel dan jasa boga. Kategori C terdiri dari SKPD, perbankan dan koperasi. Sedangkan kategori D berasal dari organisasi wanita.

Mereka berlomba menyajikan Sego Cawuk yang terlezat dalam pincukan daun pisang. Selanjutnya Sego Cawuk disajikan semenarik mungkin dengan lauk-pauknya untuk dinilai oleh para juri.

Dari 175 peserta akan dipilih 3 peserta dengan penyajian terbaik, dengan beberapa kriteria yang menjadi acuan penilaian, yaitu cita rasa, kreativitas dan kebersihan. Para pemenang akan mendapatkan hadiah, trophy dan piagam dari Pemkab Banyuwangi.

Apa itu Sego Cawuk dan mengapa Pemkab Banyuwangi perlu mengangkat makanan yang sederhana itu dalam sebuah festival?
Sego Cawuk.
Sego Cawuk khas Banyuwangi (sumber : Kompas.com)
Sego Cawuk adalah kuliner khas Banyuwangi yang terdiri dari nasi yang dicampur kuah parutan kelapa, serutan jagung muda bakar dan kuah pindang yang disajikan menggunakan daun pisang.

Lauk pendamping Sego Cawuk mulai dari pepes ikan laut, telur pindang, tahu cacah, yang dihidangkan dengan daun semanggi dan sambal serai.

Sego Cawuk dikenal juga sebagai menu sarapan pagi khas warga Banyuwangi, itulah sebabnya kuliner yang satu ini hanya dijual pagi sampai siang hari saja. Bahkan untuk penjual Sego Cawuk yang sudah populer karena keberadaanya yang sudah lama, biasanya tidak sampai siang sudah habis persediaannya.

Tentang nama Sego Cawuk ini berkaitan dengan cara memakannya. Dalam bahasa Jawa, Sego berarti nasi, dan cawuk berarti mengambil langsung dengan tangan. Jadi Sego Cawuk bisa diartikan makan nasi langsung menggunakan tangan. Awal mulanya memang begitu, sehingga sampai sekarang pun dikenal dengan nama Sego Cawuk

Dalam beberapa tahun terakhir Pemkab Banyuwangi konsisten menampilkan festival kuliner dalam agenda wisata tahunannya melalui Banyuwangi Festival. Jika sebelumnya Rujak Soto dan Sego Tempong dipromosikan, maka tahun ini giliran Sego Cawuk diangkat dengan tujuan agar cita rasa dan penampilannya meningkat. Melalui festival kuliner diharapkan kualitas makanan khas Banyuwangi yang biasanya disajikan di kaki lima meningkat menjadi sajian kuliner berkelas restoran, selain itu juga mendorong para pedagang makanan agar menjaga higienitas dan kebersihan makanan yang dijualnya.
Banyuwangi Festival 2016.
Festival Sego Cawuk diikuti 175 peserta (sumber : Detik.com)
Ratusan beradu keterampilan menyajikan Sego Cawuk terbaik.  (sumber : Facebook.com/Kopiwangicenter)
Seperti tahun sebelumnya dalam Festival Kuliner Sego Tempong 2015 yang menampilkan juri Chef Marinka, kali ini pun panitia menghadirkan chef Aiko, salah satu koki dan host program kuliner di salah satu stasiun televisi swasta nasional, sebagai juri sekaligus didapuk untuk memberikan tips cara penyajian Sego Cawuk yang menarik kepada peserta festival.
Banyuwangi Festival 2016, festival Sego Cawuk.
Chef Aiko berbagi tips penyajian Sego Cawuk sekaligus menjadi juri festival. (sumber : Joss.today)
Di depan para peserta, Chef Aiko mendemokan cara penyajian Sego Cawuk yang berbeda dengan tampilan pada umumnya. Sego Cawuk ala Chef Aiko disajikan ala hidangan berkelas internasional. Nasi, kuah dan lauk-pauknya tidak dicampur jadi satu, namun disajikan secara terpisah. Sego Cawuk tersebut dipadukan dengan sambal serai yang diuleknya sendiri.

"Nasi, kuah dan lauk-pauknya jangan dicampur jadi satu ya, tapi harus disajikan terpisah atau sesuai selera pembeli. Karena tidak semua orang suka kuah atau ikan pepes," pesannya.

BANYUWANGI AGRO EXPO 2016

Bersamaan dengan pelaksanaan Festival Sego Cawuk juga digelar Banyuwangi Agro Expo dan Art Week di sepanjang jalan Diponegoro, depan Gesibu Blambangan, mulai pukul 09.00-21.00 WIB. Bedanya, kalau Festival Sego Cawuk hanya berlangsung sehari, sedangkan kedua even ini pelaksanaannya berlangsung lima hari mulai 9 April sampai 13 April 2016.

Pengunjung Agro Expo dapat melihat beragam produk pertanian asli Banyuwangi dari hortikultura hingga tanaman pangan.

Dalam festival yang digelar untuk memberi kesempatan para petani untuk menampilkan produk unggulannya ini, pengunjung bisa membeli buah-buahan seperti buah naga, jambu Kristal, jeruk, manggis sampai durian dengan harga terbaik dari sang petani.

Festival juga menampilkan tanaman pangan seperti beras organik, agensi hayati, serta jagung, kedelai dan ubi kayu. Termasuk berbagai jenis tanaman hias, tanaman biofarma dan aneka sayuran.

Festival Agro Expo juga dimeriahkan sebuah kompetisi agro untuk memicu semangat memproduksi hasil pertanian yang berkualitas.

Salah satu primadona festival yang menampilkan produk agro Banyuwangi ini adalah Durian Merah. Terlebih panitia menyediakan durian yang bisa dinikmati pengunjung secara gratis berbentuk gunungan. Tentu saja durian yang dibagikan ini bukan durian merah. Namun tetap saja hal ini menjadi sesuatu yang sangat dinanti-nanti oleh para pengunjung. Maka dalam sekejap, puluhan durian itu pun ludes tak bersisa.

Banyuwangi Agro Expo juga diisi dengan kontes durian yang diikuti sebanyak 46 pohon induk durian di Banyuwangi. Tujuan kontes durian ini untuk mencari plasma nuftah atau bibit unggul durian banyuwangi. Juri akan memilih 10 durian terbaik yang akan dipatenkan sebagai durian asal Banyuwangi melalui sertifikasi dan label. Selanjutnya pohon induknya akan diperbanyak dan disebar di masyarakat dan nasional sebagai durian dari Banyuwangi.
Rizal Ramli dan Bupati Anas mencicipi durian merah khas Banyuwangi (sumber : Twitter.com/banyuwangi_kab)
Banyuwangi Agro Expo 2016.
Pengunjung Banyuwangi Agro Expo berebut durian yang dibagikan secara gratis (sumber : Twitter.com/banyuwangi_kab)
Banyuwangi Agro Expo 2016.
Deretan kios peserta Agro Expo.

Stand hidroponik yang berasal dari komunitas hidroponik di grup Facebook.
Pameran tanaman hias.

BANYUWANGI ART WEEK

Banyuwangi Art Week 2016 menampilkan menampilkan beragam produk kerajinan khas Banyuwangi yang berasal dari para pelaku Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) dan Industri Kecil Menengah (IKM).

Event yang berlangsung pada 9-13 April 2016 ini sudah berjalan untuk keempat kalinya dan tahun ini Banyuwangi Art Week mengusung tema besar berupa kelapa. Kelapa dipilih menjadi tema mengingat Banyuwangi dikenal sebagai salah satu penghasil kelapa terbesar di Jawa Timur.

Beragam kerajinan dan olahan kelapa ditampilkan dalam pameran ini. Mulai dari meja, kursi, lampu hias, pigura, miniatur kendaraan, ukiran, kalung, piring, gelas, vas, spatula, sendok hingga aneka gantungan kunci yang lucu.

Tak ketinggalan para pengrajin batik khas Banyuwangi ikut menampilkan produknya. Event ini juga dilengkapi panggung apresiasi seni dan budaya untuk atraksi beragam seni dan budaya yang berlangsung pada malam hari. 
Serba kelapa di Festival Art Week 2016 (sumber : Detik.com)



Banyuwangi Art Week 2016.



Pernak-pernik gantungan kunci cantik.

Stand Anita Yuni Region menampilkan Glenmore tempo dulu. (sumber : Twitter.com/anitayuni)
Lomba mencanting ikut memeriahkan Banyuwangi Art Week 2016.
Lapar dan haus? Deretan stand makanan dan minuman siap melayani Anda.


Artikel BANYUWANGI BAGUS Lainnya :

0 komentar:

Posting Komentar

Scroll to top