![]() |
Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani (tengah) bersama dengan Dewi Agustiningsih (kiri), asal Tukangkayu Banyuwangi, doktor tercepat dan termuda UGM (via Jatim-timur.tribunnews.com) |
Siapa sangka, dari kelurahan Tukangkayu di tengah kota Banyuwangi, tiba‑tiba muncul sosok doktor termuda dan tercanggih kelarannya dari UGM—plus kini sudah jadi dosen di ITB!
Namanya Dewi Agustiningsih, gadis kelahiran 27 Agustus 1998 yang baru saja diundang Bupati Banyuwangi, Ipuk Fiestiandani, untuk berbagi cerita inspiratif di acara Halal bi Halal Ikawangi Bandung, Minggu (4/5/2025) lalu di Puri Bambu, Bandung.
Halal bi Halal dan Keakraban Komunitas Banyuwangi
Halal bi Halal sendiri adalah tradisi silaturahmi khas Indonesia setelah Ramadan, di mana warga saling maaf‑maafan sambil menikmati jajanan kampung. Ikawangi (Ikatan Keluarga Banyuwangi) Bandung rutin menyelenggarakan acara ini sebagai wadah kumpul para perantau.
Di tengah suasana santai itulah Bupati Ipuk mengajak Dewi naik ke atas panggung, agar ia bisa “ngebagi” rahasia perjuangan dan motivasinya buat anak‑anak muda Banyuwangi lainnya.
Perjalanan Panjang Sang Si Bungsu
Dewi adalah anak bungsu pasangan Suyanto (mantan sopir honorer Perhutani) dan Surahma.
Sejak SMPN 1 Banyuwangi, ia sudah ngejar ranking tiga besar demi dapat beasiswa untuk meringankan biaya sekolah—karena waktu itu bapak sudah purna tugas dan pemasukan keluarga terbatas.
Lanjut ke SMAN 1 Glagah, semangatnya gak kendur, hingga akhirnya dapet tiket beasiswa S1 di UGM pada 2016.
Cetak Rekor di UGM
UGM (Universitas Gadjah Mada) dikenal sebagai salah satu universitas tertua dan bereputasi di Indonesia.
Nah, Dewi bukan cuma lulus S1–S3 pakai beasiswa, tapi juga memecahkan rekor: gelar doktor Kimia rampung hanya dalam 2 tahun 6 bulan 13 hari!
Padahal rata‑rata mahasiswa S3 di UGM butuh sekitar 4 tahun 7 bulan.
Usianya waktu itu baru 26 tahun—padahal biasanya gelar Doktor disabet di usia 42 tahun lebih!
Dosen Muda di ITB
Belum sempat wisuda resmi, Dewi sudah dinyatakan lolos seleksi dosen di ITB (Institut Teknologi Bandung)—kampus teknik tertua dan paling bergengsi di Tanah Air.
“Sidang terbuka Oktober tahun lalu, November langsung dapat kabar diterima,” kisahnya.
Sekarang, tiap hari ia mengajar dan meneliti di kampus di Bandung, membuktikan kalau mimpi besar memang bisa diwujudkan asal niat dan doa orang tua selalu menyertai.
Banyuwangi Cerdas: Warisan untuk Generasi Berikut
Berkaca dari kisah Dewi, Pemkab Banyuwangi punya Program Banyuwangi Cerdas sejak 2011.
Sampai sekarang sudah lebih dari 3.900 anak muda Banyuwangi lulus kuliah dengan beasiswa—banyak di antaranya kini jadi dokter, insinyur, guru, bahkan pengusaha sukses.
Lewat program ini, mereka berharap setiap anak dari keluarga pra-sejahtera bisa meraih pendidikan tinggi, sama seperti Dewi dulu.
“Jangan pernah takut bermimpi. Asalkan kita punya niat dan doa orang tua, apapun di dunia ini bisa kita taklukan,”
— pesan Dewi Agustiningsih
Dengan gaya santai tapi penuh makna, perjalanan Dewi Agustiningsih mengingatkan kita bahwa asal ada tekad, akses beasiswa, dan dukungan keluarga, langit pun bukan batasnya.
Yuk, siapa lagi calon Doktor atau Dosen hebat selanjutnya dari Banyuwangi?
0 komentar:
Posting Komentar