TAMAN GANDRUNG TERAKOTA, PESONA SERIBU PATUNG GANDRUNG DI PERSAWAHAN TERASIRING KAKI GUNUNG IJEN

Taman Gandrung Terakota - Banyuwangi identik sebagai Kota Gandrung. Gandrung adalah tarian khas bumi Blambangan, sebutan lain bagi Banyuwangi. Dan tari Gandrung sudah ditetapkan sebagai tarian selamat datang.

Gandrung ada dimana ada kegiatan formal maupun non-formal. Tari Gandrung selalu tampil sebagai pembuka acara. Tiada perayaan atau pagelaran tanpa tari Gandrung. Karena memang Gandrung sudah menyatu dalam kehidupan masyarakat Banyuwangi.

Taman Gandrung Terakota, Kecamatan Licin, Banyuwangi.
Taman Gandrung Terakota, galeri seribu patung Gandrung di hamparan sawah terasiring (via Pemkab Banyuwangi)

Gandrung pun sudah menjadi ikon Banyuwangi. Saat memasuki Kabupaten Banyuwangi dari arah utara maupun barat, pengunjung akan disapa "penari" Gandrung dalam sosok patung yang besar. Dan bisa dipastikan, siapa pun akan tergoda untuk setidaknya mengamati, kalau tidak malah berhenti dan sekedar berfoto.

Pakem Tari Gandrung sangat luwes. Ia bisa hanya tampil berdua saja, bisa dibawakan oleh penari wanita maupun laki-laki, bisa tampil secara berpasangan, bisa tampil dalam kelompok, bahkan ditampilkan secara kolosal, namanya Gandrung Sewu. Disebut sewu (=seribu) karena penari yang tampil jumlahnya mencapai seribu bahkan lebih.

Setiap tahun kamu bisa menyaksikan festival Gandrung Sewu, tapi setiap saat kini kamu bisa melihat seribu penari Gandrung. Memang tidak sedang beraksi, tapi berupa patung Gandrung yang ditempatkan secara apik di hamparan kehijauan persawahan di kaki gunung Ijen.

Inilah Taman Gandrung Terakota di kawasan amfiteater Jiwa Jawa Resort Ijen, yang berada di Kecamatan Licin, Kabupaten Banyuwangi


Galeri seribu patung Gandrung di Taman Gandrung Terakota, Kecamatan Licin, Banyuwangi (via Pemkab Banyuwangi)

Ya, inilah tempat wisata baru di Banyuwangi yang digadang-gadang bakal menjadi ikon pariwisata baru di Banyuwangi.

Memasuki kawasan Taman Gandrung Terakota, kamu akan disambut barisan ratusan patung penari Gandrung yang tersebar di berbagai spot persawahan. Patung-patung Gandrung tersebut ditempatkan di lahan persawahan terasering yang merupakan sawah produktif seluas sekitar tiga hektar di lereng Gunung Ijen.

Patung-patung tersebut diletakkan berjajar di empat sudut berbeda di pinggiran sawah. Pihak pengelola tidak mengubah fungsi sawah. Sawah dibiarkan tetap produktif ditumbuhi padi. Sehingga keberadaan patung Gandrung tersebut seakan menyatu dengan alam sekitar. Secara bertahap jumlah patung akan ditingkatkan hingga mencapai 1000 patung Gandrung.

Taman Gandrung Terakota tidak hanya menyajikan deretan patung-patung penari gandrung. Memasuki kawasan ini, kamu akan menyaksikan perbukitan hijau dan hamparan sawah, para petani membajak sawah, kebun kopi, pohon durian, beraneka jenis bambu, dan tanaman endemik setempat.

Di tengah hamparan tersebut ditemukan amfiteater terbuka yang berada di ketinggian 600 meter diatas permukaan laut, yang sering digunakan sebagai tempat mengadakan berbagai acara pertunjukan.

Selain Panggung untuk pertunjukan seni budaya yang dibangun dengan bahan alam, di sana juga terdapat tempat nongkrong santai di cafe.

Dari Amfiteater Taman Gandrung Terakota ini, kamu bisa menikmati keindahan pegunungan sekitar. Disini akan terlihat empat buah gunung dikejauhan, yaitu Merapi, Raung, Meranti dan Suket.

Di sisi barat, kamu akan menyaksikan keindahan Gunung Ijen yang memiliki ketinggian 2.443 meter diatas permukaan laut, sementara jika pandangan diarahkan ke timur, maka akan tampak Selat Bali dengan airnya yang kebiruan.

Makin pas, pembukaan Taman Gandrung Terakota ditandai dengan penampilan sendratari Historis Meras Gandrung Blambangan


Penampilan sendratari Meras Gandrung menandai dibukanya Taman Gandrung Terakota (via Timesbanyuwangi.com)

Sendratari yang dikemas drama musikal ini dibawakan para dedengkot seniman Gandrung dari Desa Adat Kemiren. Diantaranya ada sinden ternama Banyuwangi, Temuk Misti, dan penabuh gendang Haidi Bing Slamet, plus puluhan penari Gandrung.

Meras Gandrung sendiri merupakan prosesi ritual seorang penari Gandrung menjadi seorang Gandrung.

Seorang Gandrung, selain harus bisa menari, juga piawai mengolah suara menjadi sinden. Setelah sekian lama berlatih sinden dan menari, penari gandrung wajib menjalankan ritual sebagai tanda dia siap untuk tampil menjadi Gandrung. Jadi Meras Gandrung ibaratnya adalah wisudanya penari Gandrung,

Nantinya sendratari dan pentas seni semacam ini akan digelar secara rutin di Amfiteater Taman Gandrung Terakota, sebagai atraksi wisata budaya yang bisa dinikmati para wisatawan. Wisatawan bisa melihat tari Gandrung yang jadwalnya jelas, ada yang dihelat sebulan sekali, hingga seminggu sekali. Konsepnya seperti di Batu Bulan, Bali.

Ada alasan mengapa patung penari Gandrung yang dipilih, ternyata diinsparasi sebuah situs di Tiongkok


Ide Taman Gandrung Terakota dari Terracotta Warrior and Horses di Tiongkok
Taman Gandrung Terakota terinspirasi situs Patung Prajurit dan Kuda di Tiongkok (via pemkab Banyuwangi)

Adalah Sigit Pramono, mantan bankir BNI yang berada dibalik pembuatan Taman Gandrung Terakota. Ide taman berasal dari Terracotta Warrior and Horses di Tiongkok yang dibangun pada masa Kaisar Qin Shi Huang (259-210 SM). Meskipun idenya sudah ada sejak beberapa tahun lalu, pembuatannya baru dimulai awal tahun 2018.

Pemilihan kesenian Gandrung sebagai tema sentral dalam membangun taman di lokasi persawahan tersebut bersandar pada filosofi tari Gandrung sendiri.

Sejatinya, Gandrung adalah kesenian sakral Banyuwangi. Sejarahnya panjang, bahkan sebelum daerah yang kita kenal sekarang sebagai Banyuwangi, berdiri, Gandrung sudah lebih dulu ada.

Tari Gandrung pada intinya berasal dari tradisi rakyat, yang awalnya merupakan perwujudan rasa syukur kepada Dewi Sri (Dewi Padi) atas hasil pertanian yang subur dan melimpah.

Karena itu upaya merawat dan meruwat kesenian Gandrung ini pun ditampilkan berdampingan dengan aktivitas rakyat, yaitu petani yang tetap membajak sawah dengan kerbau, menanam dan memanen padi. Lahan persawahan puluhan hektar pun dibiarkan tetap alami. Penempatan patung gandrung di areal perkebunan dan sawah sebagai simbol kesuburan Dewi Sri.

Jika ditarik alur sejarah, Gandrung adalah alat perjuangan. Gandrung erat dengan sejarah perjuangan rakyat Banyuwangi tempo doeloe saat melawan penguasaan Kolonial Belanda.

Menurut budayawan Banyuwangi, Syamsudin, pada perang Puputan Bayu, saat banyak rakyat Banyuwangi yang gugur mempertahankan tanah kelahirannya, Gandrung tampil sebagai penyambung informasi para gerilyawan. Gandrung melakukan konsolidasi dengan para gerilyawan, agar bisa tetap berjuang melawan kolonial belanda.


Bahan pembuatan patung Gandrung tersebut dari tembikar yang tidak tahan lama, ini ada maknanya


Patung-patung Gandrung tersebut sengaja dibuat dari tembikar yang ringkih dan rapuh. (via Pemkab Banyuwangi)
Galeri raksasa terbuka ini dinamakan Taman Gandrung Terakota. Terakota adalah nama lain dari tembikar. Bahan pembuatan patung sengaja dipilih tembikar. Ini bukan tanpa makna. Bisa saja patung-patung itu dibuat kayu atau batu. Tapi tembikar memiliki filosofi yang kuat berkaitan dengan penari gandrung.

Tembikar merupakan barang dari tanah liat yang dibakar. Tembikar yang asalnya dari tanah dan dekat dengan sawah, memiliki filosofi membumi tentang siklus kehidupan.

Kurator Taman Gandrung Terakota, Dr Suwarno Wisetrotomo, yang juga dosen Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta menjelaskan, patung gandrung dibuat dari sejenis gerabah yang panasnya dibakar maksimal 1000 derajat, artinya kualitas dibawah keramik, jadinya rapuh. ditambah lagi, patung tersebut berongga, tidak padat.

Konsep gerabah yang terdapat rongga di dalam patung sebagai isyarat bahwa tidak ada yang abadi di dunia ini.

Berkarya melalui terakota atau tembikar tidak bertujuan untuk menciptakan bentuk yang abadi atau kekal tetapi sementara, karena memang bersifat ringkih, rentan, mudah patah, bahkan hancur seperti kehidupan.

Namun, dari kerentanan itulah letak makna dan nilai yang disampaikan, yaitu kesenian dan ketidakabadian. Karena yang abadi adalah proses, makna dan nilai-nilai yang melekat di dalamnya.

Wihh.... dalam banget ya filosofi yang terkandung dibalik patung Gandrung terakota ini.

Patung-Patung Gandrung tersebut sepertinya sama, padahal sebenarnya terdapat sekurangnya empat formasi gerakan yang berbeda dan pembuatannya terbilang rumit lho...


Taman Gandrung Terakota, Banyuwangi.
Taman Gandrung Terakota (via Detik.com)

Memang kalau dilihat sekilas, deretan patung Gandrung yang menghuni Taman Gandrung Terakota ini sama atau mirip. Padahal jika dicermati, kamu akan menemukan paling tidak ada empat formasi gerakan yang berbeda.

Sementara memang empat formasi gerakan, namun selanjutnya bukan tak mungkin akan ditambah formasi gerakan lainnya.

Model patung-patung gandrung tersebut diambil dari karya fotografer Sigit. Selanjutnya  foto tersebut lalu dibuat patung oleh seorang seniman Budi Santoso, lalu dicetak oleh pembuat patung di Kasongan, Yogyakarta.

Tidak seperti yang dibayangkan, proses pembuatan patung-patung Gandrung tersebut terbilang rumit. Ini karena dibuat secara manual satu persatu, sehingga meski memiliki formasi yang sama terdapat berbagai perbedaan. Seperti ekspresi senyum dan mimik penari gandrung yang menjadi pembeda utama.

Begitu juga soal pengangkutannya yang penuh resiko. Jarak antara Yogyakarta ke lereng Gunung Ijen yang  jauh, ditambah medan yang berat, membuat banyak patung yang pecah. Setidaknya ada 10 persen patung yang pecah atau rusak. 

Jadi bisa dibayangkan, pastinya pembuatan patung Gandrung terakota ini butuh biaya yang besar. Soal ini, Pak Sigit enggan menjawab. Ini karena yang utama bukan materi yang dia cari. 

Yeahh... pastinya kepuasan jiwa. Sesuatu yang tak bisa dinilai dengan uang.

Lokasi Taman Terakota Gandrung ini letaknya di kawasan Jiwa Jawa Resort yang dikelilingi persawahan berkontur terasiring


Salah satu view Jiwa Jawa Resort Ijen (via Jiwajawa.com)
Lokasi Taman Gandrung Terakota ini menjadi satu kesatuan dengan keberadaan Jiwa Jawa Resort, sebuah penginapan bernuansa seni di Desa Tamansari, Kecamatan Licin, Kabupaten Banyuwangi. Letaknya cukup jauh dari kota Banyuwangi, namun dekat dengan alam.

Selain keunikan seribu patung Gandrung, disini kamu juga bakal dimanjakan dengan galeri seni lukis, plus berbagai foto karya fotografi hasil jepretan kamera Sigit Pramono, yang memang memiliki jiwa seni.  




Jiwa Jawa Resort Ijen
Jalan Blimbing Sari, Desa Tamansari, Licin, Banyuwangi, Indonesia, 68454


Booking via AGODA.COM untuk penawaran harga terbaik.


Di lokasi amfiteater Jiwa Jawa Resort ini setiap tahun digelar event Jazz Gunung Ijen dengan konsep spesial

Panggung Jazz Gunung Ijen 2018 tanpa sekat dan jarak yang dekat antara musisi dan penonton (via  Hot.detik.com)
Dibilang spesial tidak berlebihan kok, karena konsep pertunjukannya memang unik dan beda dengan pagelaran musik pada umumnya. Selain lokasinya di atas ketinggian 600 meter diatas permukaan laut, dengan panorama sekitar yang indah, venues dibuat seakan antara musisi dan penonton tanpa sekat.

Panggung dibuat sejajar dengan posisi penonton, jarak yang cukup dekat dan tanpa penghalang, serta dekor yang informal dengan bahan alami,  menciptakan suasana keintiman dan interaksi kedua pihak.

Penonton dibuat nyaman seakan sedang menonton penampilan musik di belakang rumah sendiri, sambil duduk diatas bantal yang hangat di tengah udara malam yang dingin.

Sementara musisi leluasa bercerita tentang latar belakang musiknya sambil membangun komunikasi personal dengan pendengarnya.

Seperti Andien yang berkisah tentang memori bulan madunya bersama sang suami beberapa tahun lalu di kawasan Ijen yang begitu berkesan.

"Saya masih ingat, Kawah Ijen seperti milik kami berdua. Hanya ada penambang belerang yang saat itu sedang tertidur. Kami melihat bintang-bintang banyak sekali, indah banget," kata Andien.

Atau kesan seorang Idang Rasjidi, salah satu legenda jazz tanah air yang mengisi event pada 2018, mengibaratkan Jazz Gunung Ijen bagai lesung pipit di wajah yang tersenyum semringah.

"Saya jatuh cinta dengan tempat ini. Bila perhelatan musik jazz di Indonesia kita ibaratkan muka yang tersenyum, Jazz Gunung Ijen adalah lesung pipitnya. Terima kasih kepada Banyuwangi yang telah menyumbangkan kemerduan ke seluruh negeri," puji Idang.

Ya, Jazz Gunung Ijen Sebuah pertunjukan musik yang begitu hangat dan akrab, meninggalkan kesan yang mendalam bagi penikmatnya. 

Sekali datang ke Jazz Gunung Ijen, dua goal tercapai. Menikmati kehangatan musik jazz di tengah dinginnya cuaca, sambil menyesapi keindahan persawahan terasiring di kaki Gunung Ijen di Taman Gandrung Terakota, Jiwa Jawa Resort, Kecamatan Licin, Banyuwangi. 

Banyuwangi punya agenda Festival Gandrung Sewu, dan sekarang dilengkapi galeri seni seribu patung Gandrung terakota atau Terracotta Dancers karena menampilkan berbagai gerakan dan ekspresi. Sepertinya ini yang pertama dan satu-satunya di Indonesia.

So, yuk kita ikut menjaga dan merawat keutuhan patung-patung tersebut. Selfinya jangan sampai menyentuh ya, ingat patung-patung tersebut ringkih! Seringkih hati kamu? Oh , no!

Artikel BANYUWANGI BAGUS Lainnya :

1 komentar:

  1. Ukuran setiap patung nya itu berapa kak(panjang ,lebar, dan tinggi),, soalnya ada tugas sekolah

    BalasHapus

Scroll to top