BUKAN HANYA CABLE CAR, INI PROYEK BESAR YANG SEDANG DIGARAP DI KAWAH IJEN

Rencana pembangunan cable car alias kereta gantung di Kawah Ijen sudah dicanangkan beberapa tahun lalu. Sempat ada kabar sudah ada lampu hijau dari pusat. Namun sampai sekarang, belum ada kepastian kapan ada dikerjakan, padahal investor yang bersedia menggelontorkan dana sudah siap. Pihak Pemkab Banyuwangi, didukung Kementerian Pariwisata, tak kurang mengusahakan proyek tersebut segera terealisir. Kabarnya, terganjal perijinan di Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK).


Cable car di Kawah Ijen.
Kawah Ijen (via Marcellinus Franky Triawan) 

Dalam acara Diaspora Banyuwangi  (27/6/2017) yang mempertemukan para perantauan asal Banyuwangi dari seluruh dunia, termasuk dihadiri Menpar Arief Yahya, tersiar kabar baru.

Dalam kesempatan tersebut Menpar Arief sengaja mengundang Tim Percepatan Pengembangan Ekowisata yang diketuai David Makes, untuk menjelaskan secara gamblang kepada publik terkait rencana pembangunan kereta gantung.

Menurut David Makes, perizinan kawasan yang akan di bangun sudah selesai tahun lalu. Namun ketika detail pembangunan diajukan, perizinan tersebut ditolak. Karena beberapa spot masuk dalam kawasan cagar alam. Tiang pancang cable car ternyata masuk kawasan cagar alam yang terlarang untuk pembangunan. Sehingga satu-satunya cara adalah menyesuaikan fungsi lahan.

Terkait ijin yang terganjal di KLHK, Menpar Arief yahya sedang mengusahakan ijin konversi beberapa titik untuk dijadikan tapak Cable Car. Perubahan regulasi di Kawah Ijen dari Cagar Alam menjadi Taman Wisata Alam (TWA) sudah dilakukan, sehingga bisa lebih mudah dalam pembangunan sarana dan prasarana Cable Car.

Menpar Arief Yahya
Menpar Arief Yahya ketika menghadiri Diaspora Banyuwangi (via Detik.com)

Rencananya, lahan Taman Wisata Alam Ijen yang saat ini hanya sekitar 92 ribu hektar akan di perluas lagi menjadi 250 hingga 300 ribu hektar. Sementara untuk pembangunan penunjang hanya dibatasi hingga 10 persen dari kawasan tersebut.

Alih fungsi ini diperlukan bukan hanya untuk keperluan pembangunan cable car, tetapi juga pertimbangan jumlah pengunjung yang terus meningkat dalam dalam 5 tahun terakhir ini.

Misalnya saat Liburan Idul Fitri atau tahun baru, pengunjung Kawah Ijen sampai menempati di luar taman wisata alam Ijen. Sehingga TWA ini sudah terlalu sempit dan perlu diperluas untuk menampung arus pengunjung. 

Nantinya  pembangunan pariwisata di puncak Kawah Ijen tidak hanya berupa kereta gantung saja, melainkan juga beberapa fasilitas akomodasi dan hospitality di sekitar Kawah Ijen.

Rencananya, mega proyek senilai Rp 400 miliar bernama ‘Ijen Blue Fire Resort’ ini juga akan membangun areal perkemahan, dormitory, hotel bintang 2, hotel bintang 4, visitor center atau lobby, food court, area parkir, villa, rumah pohon dan fasilitas penunjang lain. 

Pembangunan cable car akan dikombinasikan dengan funicular (kereta tebing dengan rel menanjak) untuk mengantarkan wisatawan sampai ke tepi danau kawah Ijen.

Nantinya perjalanan wisatawan dari Paltuding ke Kawah Api Biru Ijen akan melewati 5 stasiun, dimana stasiun 1, 2 dan 3 menggunakan cable car, sedangkan stasiun 4 dan 5 menggunakan funicular. Stasiun terakhir ini berada di area bawah kawah dekat danau cairan sulfur.

Dari geological meeting yang telah dilakukan, tanah di area stasiun 1, 2, 3 dan 4 dinyatakan aman, namun tanah di stasiun 5 di area tengah kawah masih dalam uji coba keamanan.

“Ini bukan main-main, kita uji berbagai jenis metal dengan ditanam di area kawah selama 2 bulan, mana yang terlihat keropos dan mana yang tahan. Karena tingkat keasaman Kawah Ijen yang tinggi. Selain itu kereta gantung ini kita bangun untuk dioperasikan selama 50 tahun,” jelas David Makes seperti dikutip dari laman Times Indonesia.

Menurutnya, kereta gantung yang akan dibuat mampu menampung 8 orang duduk atau 10 orang berdiri dengan melipat atau menggeser kursi kereta dan mampu antar wisatawan ke kawah dalam 15 menit. 

Untuk faktor keamanan, kereta gantung akan dilengkapi sensor kerusakan dan terkoneksi dengan jaringan fiber optic, sehingga berbagai kerusakan dan penurunan fungsi dapat diketahui secara langsung. 

Kemenpar menargetkan pembangunan ‘Ijen Blue Fire Resort’ dimulai pada tahun 2017. Pihak kontraktor sanggup menyelesaikan dalam 2 tahun. Artinya kalau pembangunan dimulai tahun ini, diharapkan tahun 2019 selesai dan tahun 2020 sudah bisa digunakan.

Mega proyek ini tidak hanya melibatkan Kabupaten Banyuwangi, melainkan juga kawasan Bondowoso, Situbondo dengan Taman Nasional (TN) Baluran dan Kabupaten Jembrana, Provinsi Bali.

Menuju Banyuwangi Tujuan Wisata Dunia


Pengembangan kawasan taman wisata alam Kawah Ijen ini terkait dengan target dari Menteri Pariwisata (Menpar) Republik Indonesia, Arief Yahya, agar  Banyuwangi bisa menjadi tujuan wisata dunia pada 2019.

Hal ini karena Banyuwangi telah memiliki semua potensi dan daya dukung pariwisata yang memadai, baik dari sisi atraksi, amenitas dan aksesibilitas.

Sektor pariwisata di Banyuwangi berkembang sangat pesat. Bila pada 2010 yang lalu jumlah kunjungan wisatawan ke daerah sebanyak 1 juta, tahun 2016 melonjak menjadi 3,1 juta wisatawan atau naik tiga lipat. Banyuwangi dengan juga masuk dalam 10 destinasi pariwisata utama Indoensia dengan branding baru, yaitu Majestic Banyuwangi atau Keagungan Banyuwangi.

Dari segi atraksi, Banyuwangi memiliki destinasi wisata menarik yang mengundang wisatawan untuk datang. Salah satunya adalah Kawah Ijen yang terkenal dengan Blue Fire-nya. 

Kawah Ijen dan blue fire merupakan atraksi kelas dunia dan destinasi favorit wisatawan mancanegara, karena itu harus dipercantik dan dibenahi. Namun perlu ditambahkan fasilitas pendukungnya, karena wisatawan mancanegara tidak suka menunggu lebih dari dua jam untuk sampai di lokasi wisata. Karena itu pembangunan cable car akan menjadi vacuum cleaner yang mampu menyedot pengunjung lebih banyak wisatawan menikmati keindahan Banyuwangi.

Selain itu masih ada sejumlah destinasi wisata tiada duanya, seperti satu-satunya Kabupaten yang diapit tiga Taman Nasional (Alas Purwo, Meru Betiri dan Baluran). Banyuwangi juga memiliki wisata favorit seperti Pantai Plengkung, Sukamade, Teluk Hijau, Pulau Merah, belum lagi adanya puluhan event-event tahunan yang dikemas dalam budaya maupun sport tourism.

Teluk Hijau
Pesona Teluk Hijau di Taman Nasional Meru Betiri (via Marcellinus Franky Triawan)

Dari segi amenitas atau fasilitas pendukung wisatawan, Banyuwangi memiliki sejumlah hotel bintang baik yang sudah beroperasi, seperti Hotel Santika dan El Royale Hotel& Resort, maupun yang dalam tahap penyelesaian, sampai tahun 2016 terdapat 76 hotel di Banyuwangi dengan total kamar mencapai 2.385 unit, belum termasuk homestay yang terus bertambah.

Dari segi aksesibilitas, memiliki Bandara Blimbingsari yang bisa didarati pesawat jet sejenis Boeing 737, dan akan terus ditingkatkan kapasitasnya hingga menjadi bandara internasional sebelum 2019. Saat ini sudah ada penerbangan langsungdari Jakarta ke Banyuwangi setiap hari, dan 3 kali penerbangan Surabaya-Banyuwangi.

Banyuwangi juga sedang menyelesaikan pembangunan Marina Boom Banyuwangi yang ditargetkan beroperasi Desember 2017 dan rampung total akhir 2018. 

Akses jalur darat ke Banyuwangi dilayani dengan sejumlah rute kereta api dari berbagai kota. Selain itu masih ada pembangunan jalan tol Probolinggo- Banyuwangi ditargetkan bisa beroperasi pada tahun 2019 dan jalur lintas selatan yang masih dalam tahap penyelesaian.

Jika semua berjalan lancar, maka pada tahun 2020 Banyuwangi siap menjadi tujuan wisata dunia. Semoga.

Artikel BANYUWANGI BAGUS Lainnya :

0 komentar:

Posting Komentar

Scroll to top