MENGENAL GESENG, KULINER ENTOK KHAS DUSUN WIJENAN KIDUL

Kuliner Geseng - Selama ini kuliner khas Banyuwangi sering dikaitkan dengan Sego Tempong, Rujak Soto, Pecel Pitik, Sego Cawuk, atau Ayam Pedes. Padahal masih ada menu lain yang layak dicoba, yaitu Geseng.
Kuliner Geseng khas Banyuwangi.
Kuliner Geseng, khas Dusun Wijenan Kidul, Kec. Singojuruh, Banyuwangi (sumber : Kompas.com)
Berbeda dengan kuliner khas Banyuwangi lainnya, Geseng terbuat dari daging entok alias mentok, sejenis unggas berkaki pendek yang masih keluarga bebek. Daging entok menjadi ciri khas dari masakan geseng, karena dagingnya dinilai mudah menyerap bumbu rempahnya.

Geseng yang terbuat dari entok ini diolah dengan rempah khas dari pupus daun Wadung, bersama dengan campuran rempah Kemiri, Kunyit, Cabai dan Garam. Daun wadung yang dimasak bersama daging entok inilah yang memberi rasa asam dan aroma yang khas Geseng.

Menurut Sumarni, seorang peracik Geseng, selain membuat daging kesat, daun Wadung juga dapat menghilangkan bau anyir pada daging. Yang dimanfaatkan hanya bagian daun mudanya.

Soal rasa, jangan ditanya. Kuliner yang satu ini dijamin bakal mengungkit selera makan Anda, dan bahkan bikin ketagihan penikmatnya. Oya, Geseng identik dengan masakan super pedas dan berkuah kental.

Dibalik rasanya yang nikmat, kuliner Geseng ini ternyata menyimpan sejumlah keunikan yang jarang ditemui pada kuliner lain dimanapun.

Geseng Hanya Ada di Dusun Wijenan Kidul

Anda hanya akan bisa mendapatkan Geseng di Dusun Wijenan Kidul, Desa Singolatren, Kecamatan Singojuruh, Banyuwangi.

Saat ini, warga Dusun Wijenan Kidul berjumlah 150 Kepala Keluarga (KK) dari total 1555 KK warga Desa Singolatren. Saat lebaran, setiap KK Dusun Wijenan Kidul pasti akan membuat kuliner Geseng.

"Geseng ini hanya ada di Dusun Wijenan Kidul, di dusun sebelah saja tidak ada. Dan hampir semua rumah akan masak geseng. Jadi nggak ada yang namanya gule atau opor ayam di sini saat Lebaran," jelas Apandi, Kepala Desa Singolatren.

Uniknya lagi, dari Gesang yang dimasak, 80 persen diantaranya disediakan untuk tamu. Hal ini karena kebanyakan tamu yang datang akan menanyakan Gesang.

Geseng Hanya Dibuat Saat Acara Keagamaan

Menurut sejarahnya, kuliner Geseng sudah ada sejak ratusan tahun lalu. Warga Dusun Wijenan Kidul sendiri hanya membuat Geseng pada saat acara keagamaan Islam seperti Idul Fitri, Idul Adha, atau Maulid Nabi Muhammad. 

Saat Lebaran, hampir semua warga akan memasak Geseng, satu keluarga bisa memasak sampai lima ekor itik ukuran besar. Bagi warga Wijenan Kidul, lebaran serasa tidak lebaran tanpa kuliner Geseng.
Kuliner Geseng
Lebaran tanpa Geseng serasa tidak lebaran (sumber :Banyuwangi.merdeka.com)
"Siapapun yang datang ke sini selalu yang dicari Geseng. Bahkan kerabat dari luar kota pun jauh-jauh hari kalau ke Banyuwangi yang minta dimasakin Geseng karena memang nggak dijual di warung," tambah Apandi.

Daun Wadung Tidak Bisa Ditanam

Daun wadung yang menimbulkan rasa khas pada Geseng, ternyata tidak bisa dibudidayakan. Wadung tersebut tidak bisa ditanam tapi tumbuh secara liar. Pada musim-musim menjelang lebaran daun wadung akan tumbuh dengan lebat. Namun jika sudah dekat lebaran daun wadung biasanya sudah susah didapatkan. Sulitnya mendapatkan daun wadung setiap saat ini membuat Gesang tidak bisa dijual secara bebas setiap hari di warung makan.

Pohon Wadung ini terdapat di kebun-kebun sekitar rumah warga atau di pinggir jalan di Kecamatan Kabat, di Desa Gumirih Singojuruh, Desa Bunder. Ada juga di Kecamatan Licin.

Hanya Warga Wijenan Kidul Yang Bisa Bikin Geseng Yang Lezat

Ada keunikan lain dari Geseng, yaitu adanya kepercayaan bahwa hanya warga setempat yang bisa membuat menu Gesang yang lezat. Aroma dan rasa Gesang akan lebih maksimal bila dibuat warga Dusun Wijenen Kidul.

Menurut Apandi, dia sendiri juga heran mengapa Gesang hanya bisa dibuat oleh warga Dusun Wijenan Kidul.

"Sejarahnya dari orang tua-tua kita. Kalau bukan orang sini enggak bisa buat dengan rasa yang khas. Dusun sebelah saja enggak bisa buat," ujar Apandi.

Begini Cara Membuat Gesang

Begini cara memasak Geseng menurut Hatamah (46), warga Dusun Wijenan Kidul, Desa Singolatren, Kecamatan Singonjuruh. Pertama-tama, daging entok dipotong-potong kecil lalu dicuci bersih. Selanjutnya dimasukkan dalam wajan tanpa diberi air.

Bumbu berupa kunir, kemiri, cabai besar, dan cabai rawit dihaluskan dan dicampur dengan minyak kelapa. Bahan-bahan tersebut kemudian diletakkan di atas wajan dan dipanaskan termasuk juga irisan daun muda (pupus) wadung.

"Nggak perlu pakai bawang-bawangan dan nggak usah ditumis. Nanti kan dagingnya mengeluarkan air terus ditambah air lagi dan dibiarkan sekitar satu jam di atas api sedang," jelasnya.

Untuk pedasnya juga disesuaikan dengan selera. Geseng akan lebih nikmat jika diinapkan semalam. Hatamah mencontohkan jika dimasak sore maka akan lebih lezat jika dinikmati pada pagi keesokan harinya.

"Tinggal panaskan lagi dan habis nasi hangat sebakul," ujarnya sambil tersenyum.

Rasa Geseng yang gurih, pedas, dan sedikit asam yang didapatkan dari daun wadung memang layak dicoba. Bumbunya meresap ke dalam daging entok yang lembut dan gurih. Sama sekali tidak alot.

Mau mencoba Geseng? Silakan datang ke Dusun Wijenan Kidul.

(Kompas.com, Banyuwangi.merdeka.com)

Artikel BANYUWANGI BAGUS Lainnya :

0 komentar:

Posting Komentar

Scroll to top