LEWAT VIDEO KLIP, TERRAFORM MEMOTRET KERASNYA KEHIDUPAN PENAMBANG BELERANG DI KAWAH IJEN

Kawah Ijen adalah sebuah paradoks. Dibalik keindahan dan pesona alamnya, Kawah Ijen menyimpan potensi bahaya yang bisa mengancam keselamatan orang.

Ijen adalah gunung berapi aktif yang dalam kondisi tertentu, seperti pada musim hujan, bisa mengeluarkan gas beracun sulfur dioksida (SO2), karbon dioksida (CO2), dan asam sulfat (H2S) yang berbahaya jika melewati ambang batas.
Video klip Terraform memotret kerasnya kehidupan penambang belerang di kawah Ijen, Banyuwangi.
Terraform, potret penambang belereang Kawah Ijen (via Youtube)
Air danaunya memiliki kandungan asam mendekati nol yang berarti bisa melarutkan orang yang masuk didalamnya.

Tak heran laman Wittyfed menempatkan Kawah Ijen sebagai satu dari 10 tempat paling berbahaya di dunia.

Sekitar 2011, tim BBC pernah mengukur kadar asap beracun di sekitar Kawah Ijen yang mencapai lebih dari 40 kali dari batas aman untuk pernapasan di Inggris. Selama 40 tahun, lebih dari 70 orang tewas di Ijen.

Selain itu BBC Indonesia pernah menempatkan penambang kawah ijen sebagai pekerjaan paling berbahaya di dunia.

Itulah sebabnya Kawah Ijen bukan lokasi wisata yang bisa bebas dikunjungi setiap saat. Sebaliknya, setiap saat jika terjadi potensi bahaya, maka akan diadakan penutupan dan larangan pendakian.

Namun kondisi ini tidak menyurutkan minat wisatawan lokal dan mancanegara berburu keindahan yang ditawarkan Kawah Ijen.

Di sisi lain, Kawah Ijen juga menjadi ladang rezeki bagi penambang belerang. Disinilah kehidupan mereka dan keluarganya bergantung.

Di Kawah aktif ini setiap hari ratusan penambang belerang bekerja dalam kondisi yang minim fasilitas keamanan. Sejak dini hari mereka mulai mendaki ke puncak Gunung Ijen yang memiliki ketinggian 2.443 meter, dengan penerangan senter di kepala, jaket tipis dan sarung tangan.

Butuh waktu sekitar 2 jam perjalanan mencapai puncak Ijen. Sesudahnya mereka akan menuruni lereng terjal menuju kawah. Di sekitar kawah itu mereka mengambil belerang di tengah kepungan asap beracun. Toh para penambang itu sudah terbiasa bertahun-tahun bekerja dengan masker tipis dari kain.

Saat belerang terkumpul, para penambang itu kembali meniti jalur berbatu kembali ke puncak. Di pundaknya memikul keranjang bambu penuh belerang dengan berat mencapai 70-80kg.

Beban hidup penambang belerang Kawah Ijen ada di pundaknya (via Youtube)
Sesekali langkahnya terhenti untuk beristirahat atau memberi ruang saat berpapasan dengan pengunjung yang tengah antusias memburu si api biru.

Kisah kerasnya pekerjaan seorang penambang Kawah Ijen ini menginspirasi musisi asal Inggris Novo Amor dan Ed Tullet. Cerita getir perjuangan hidup penambang belerang Kawah Ijen ini pun diangkat sebagai latar video klip lagu yang berjudul “Terraform”.

Keduanya lalu menggandeng Jorik Dozy dan Sil van der Woerd, seorang film maker asal Belanda, untuk menggarap video klipnya. Adapun Sil sebelumnya pernah berkunjung ke Ijen dan ia terperangah melihat para penambang disana. Ia pun bertekad untuk kembali lagi kesana, dan menceritakan kisah para penambang ini ke seluruh dunia. 

Maka tawaran dari Novo Amor dan Ed Tullet pun disambutnya. Terlebih, cover album dan judul lagu Terraform sangat cocok dengan keinginannya. Mereka akhirnya datang kembali ke Indonesia dengan bantuan tim lokal untuk mengerjakan proyek tersebut.


Terraform sendiri dapat diartikan "memodifikasi lingkungan untuk mendukung kehidupan". Lagu ini merupakan bagian dari album Novo dan Ed Tullet yang berjudul “Heiress”.

Jorik dan Sil mampu merangkum perjuangan seorang penambang belerang di kawah Gunung Ijen bernama Bas dalam bahasa gambar yang sarat emosi. Menyatu padu dengan nada lirih lagu Terraform. Seakan menjadi narasi bagi langkah kaki Bas dan penambang lain, memanggul beratnya beban menghidupi keluarganya.

Pundak penambang belerang Kawah Ijen adalah saksi hidup kerasnya dunia mereka. 

Bas si penambang belerang Kawah Ijen (via Youtube)

Terraform
Catapulted,
finally made to go.
Parabolic,
fighting a stranglehold.
Tear me from it,
fears were manifold,
terraform it,
I was an embryo.
It might be a little while, but
maybe we’ll realign soon.
Made to reassign, but
find me a little time too!
Half euphoric,
fixing the ratios,
teleport me,
I’ve been pushing the envelope.
All ironic,
given the way she slowed.
You’re iconic,
given the way you froze.
Call me out,
stay platonic,
I’ll find a chaperone…
…wait around,
forget mnemonics,
I’ll regret it years ago.
Spare me all the ceremony,
dialling in all your pheromones,
to cite a life in histrionics!
The way you left was apropos.



Video klip “Terraform” yang berdurasi 5 menit 6 detik ini didedikasikan untuk penambang kawah Ijen, sekaligus bentuk kepedulian terhadap para penambang belerang di sana.

Novo Amor dan Ed Tullet juga berinisiatif memberikan sebagian keuntungan dari penjualan lagu dan video musik mereka disumbangkan untuk penambang belerang yang ada di Kawah Ijen Banyuwangi.

Tak berhenti disini, Sil van der Woerd bekerja sama dengan Heinz Von Holzen juga membuat situs untuk penggalangan dana yang disebut ijenassistence. Kamu bisa mengunjungi website proyek kemanusiaan mereka di https://www.ijenassistance.com.

Terraform ... tak terasa nafasku pun sesak.

Artikel BANYUWANGI BAGUS Lainnya :

0 komentar:

Posting Komentar

Scroll to top