EMPAT PENGHARGAAN TRISAKSI TOURISM AWARD 2021 MEMBUKTIKAN DESA WISATA BANYUWANGI TERBAIK DI INDONESIA


Desa Tamansari juara 1 Trisakti Tourism Award 2021 kategori Desa Wisata Alam
Terasiring di Desa Tamansari, Kec. Licing, Kabupaten Banyuwangi (via Facebook @prasetyaaji13)


Banyuwangi memang layak menyandang predikat sebagai daerah yang sangat peduli dengan pengembangan desa wisata di Indonesia. Hal ini dibuktikan dengan keberhasilan memborong berbagai penghargaan dalam ajang kompetisi Trisakti Tourism Award 2021 yang digelar secara hybrid di Jakarta, Kamis (26/8).

Dalam kompetisi bergengsi itu, sebanyak 242 desa wisata jempolan Indonesia diadu seluruh potensi pariwisatanya, untuk dipilih dan diberi penghargaan dalam beberapa kategori.

Setelah melalui proses penjurian yang ketat, Banyuwangi mampu menyabet 4 piala dari 6 kategori yang dilombakan.

Ketua Dewan Juri Prof Sapta Niswandar yang juga Ketua Tourism Forum yang juga Wakil Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif 2011-2014, menyebutkan, penghargaan ini melalui proses penjurian yang ketat dengan jajaran dewan juri yang terdiri atas para praktisi dan akademisi lintas bidang.

Ada tiga hal yang menjadi unsur penilaian. Mulai aksesibilitas, sumber daya manusianya hingga bagaimana budaya digerakkan.

Sebanyak 242 peserta yang mengikuti Trisakti tourism Award 2021 tersebut, harus mengikuti seleksi dari ratusan nominator dari seluruh Indonesia. 

Trisakti Tourism Award sendiri merupakan acara tahunan yang digelar DPP PDI Perjuangan, sebagai bagian dari upaya membumikan ajaran Trisakti Bung Karno dalam berbagai bidang.


Banyuwangi Raih Empat Penghargaan Dalam Trisakti Tourism Award 2021

Dalam ajang Trisaksi Tourism Award 2021, Banyuwangi meraih 4 penghargaan dari 6 kategori yang dinilai, yaitu :

1. Penghargaan kategori “Special Recognition” sebagai daerah berkomitmen tinggi untuk mengembangkan pariwisata, dengan Cagar Biosfer Blambangan menjadi penilaian penting para dewan juri.

2. Juara I kategori Desa Wisata Alam, melalui Desa Tamansari, Kecamatan Licin, dengan keindahan Kawah Ijen dan perkampungan di lereng pegunungan menjadi suguhan utamanya.

3. Juara II kategori Desa Wisata Berbasis Budaya, yang diraih Desa Kemiren, Kecamatan Glagah, dengan berbagai kekayaan budaya Suku Osing.

4. Juara II kategori Desa Wisata Kreatif yang diraih Desa Bangsring, Kecamatan Wongsorejo dengan wisata Bangsring Underwater sebagai andalan.




Prestasi ini bisa dibilang mengulang memori indah pada tahun 2019 lalu. Saat itu Kabupaten Banyuwangi juga berhasil menyabet gelar juara ajang Trisakti Tourism Award 2019 untuk kategori ekowisata.

Desa Wisata Tamansari

wisata Sendang Seruni, Desa Tamansari, Banyuwangi
Sendang Seruni, salah satu wisata andalan Desa Tamansari, Banyuwagi (via Facebook @Tamansari Toursm Village)

Sedangkan untuk Desa Wisata Tamansari, dalam waktu yang hampir bersamaan juga masuk 50 besar desa wisata terbaik - dari 1.831 peserta desa wisata yang mendaftar secara nasional - dalam ajang Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI) 2021 yang digelar Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf).

Sebelumnya pada 2017 lalu, Desa Tamansari, meraih penghargaan Desa Wisata Award dari Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (Kemendes-PDTT) untuk kategori Desa Wisata Jejaring Bisnis.

Penghargaan tersebut diraih karena desa yang berada tepat di bawah kaki Gunung Ijen dinilai berhasil 
mengelola potensi pariwisata desa untuk meningkatkan perekonomian masyarakat. 

Diantaranya merintis pengembangan potensi wisata seperti homestay, kendaraan wisata, jasa guide serta beberapa usaha kecil menengah yang dikelola oleh Badan Usaha Milik Desa (BUMDesa) Ijen Lestari.

Banyuwangi Konsistensi Mengembangkan Wisata Berbasis Alam Dan Budaya


Desa Kemiren juara 2 trisakti tourism award kategori Desa Wisata berbasis Budaya
Gapura masuk Desa adat Osing Kemiren, Banyuwangi (via Instagram)

Raihan prestasi ini sekali lagi menunjukkan konsistensi Kabupaten Banyuwangi dalam mengelola potensi wisatanya. Penghargaan di berbagai bidang yang telah diraih, tidak membuat Banyuwangi terlena.

Banyuwangi terus melakukan berbagai ikhtiar pengembangan pariwisata, mengubah paradigma apa yang selama ini dianggap sebagai hambatan, justru dilihat sebagai tantangan sekaligus peluang .

Kondisi geografis Banyuwangi yang dikelilingi belantara taman nasional, pegunungan dan lautan disulap menjadi peluang dengan menghadirkan konsep pariwisata berbasis alam raya dan masyarakat beserta tradisi budayanya.  

Pengembangan pariwisata Banyuwangi selalu menekankan pada aspek partisipasi bagi warga setempat, sehingga pengembangannya bisa berkelanjutan.

Banyuwangi membuktikan kekayaan budaya bukan hanya memperkaya kepribadian bangsa, tapi juga terbukti mampu menggerakkan ekonomi lokal.

Pengembangan wisata Banyuwangi yang menekankan aspek partisipasi masyarakat juga sangat menarik bagi wisatawan, karena mereka bisa menyelami kehidupan warga lokal.

Sebagai contoh, mantan Bupati Azwar Anas menunjukkan bagaimana kekayaan rempah Banyuwangi diolah menjadi kuliner bercita rasa yang dinikmati wisatawan. Sehingga dampaknya, di berbagai desa kini tumbuh festival kuliner lokal yang benar-benar original digerakkan warga.

Sehingga pada akhirnya, bagi wisatawan yang berkunjung ke Banyuwangi, traveling bukan hanya semata sebuah perjalanan wisata melainkan juga bermakna sebagai social tour.

Traveling pada akhirnya bukan hanya perjalanan wisata, tapi juga social tour yang membangun dialog antar-manusia, antara wisatawan dan warga sebagai subyek pariwisata, mereka saling belajar hal baru, saling menghargai perbedaan kultur, yang muaranya membentuk peradaban yang inklusif,” ujar Anas ketika itu.

Kado Untuk Insan Pariwisata Banyuwangi


Bangsring Underwater, juara 2 Trisaksi tourism award 2021 kategori Desa Kreatif
Bangsring Underwater, andalan wisata Desa Bangsring, Banyuwangi (via Instagram @fcondromukti)


Atas raihan yang dicapai Kabupaten Banyuwangi, Bupati Ipuk Fiestiandani mempersembahkan penghargaan tersebut sebagai kado penyemangat untuk para pegiat pariwisata di Banyuwangi

"Penghargaan ini menjadi kado bagi teman-teman pegiat pariwisata di Banyuwangi. Khususnya bagi pengelola desa wisata. Semoga ini bisa menjadi penyemangat untuk bisa bangkit di tengah pandemi," ungkap Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani, seperti dilansir laman Banyuwangikab.go.id.

Ipuk Fiestiandani mengucap syukur bila potensi wisata Banyuwangi menjadi berkembang. 

Menurut Ipuk, pihaknya bersama dengan stakeholder terus menggali potensi wisata yang dimiliki Banyuwangi. Saat ini Banyuwangi memiliki 189 desa dari jumlah tersebut telah dipetakan 99 desa yang memiliki potensi wisata. 

Dari setiap desa memiliki yang keunikan wisata masing-masing, setiap tahun 3 desa akan dibranding untuk dikembangkan menjadi desa wisata.

 “Insya Allah tiap tahun kita akan mem-branding 3 desa untuk menjadi desa wisata,” ucap Ipuk seperti dilansir dari laman Gatra.com.

Meski di tengah pandemi Covid-19, Ipuk mengatakan tidak kehabisan ide untuk memajukan wisata Banyuwangi. Ia justru terpacu untuk mendongkrak sektor pariwisata. Salah satunya melalui program Bunga Desa.

Melalui program Bunga Desa (Bupati Ngantor di Desa), Ipuk berkantor dari satu desa ke desa lain setiap minggu bergantian. Ia secara rutin melakukan pengecekan langsung ke desa-desa untuk memberikan pendampingan dan motivasi. 

Hal ini dilakukan agar permasalahan di desa cepat terselesaikan dan warga di desa tersebut lebih percaya diri menunjukkan lokalitas desanya. 

“Walaupun pandemi yang menyulitkan, desa-desa harus tetap bangkit. Upaya yang selama ini kami bangun menjadi wujud dari kecintaan kami pada Banyuwangi,” ujarnya.

Sebelum pandemi, lanjut Ipuk, wisatawan yang berkunjung ke Banyuwangi meningkat pesat baik dari dalam maupun luar negeri. Kini, di masa pandemi ia lebih berfokus untuk menggaet wisatawan lokal. 

Mengingat kedepannya masyarakat harus hidup berdampingan dengan Covid-19, Ipuk membuat program wisata di era pandemi. Pada program ini ia memberikan sertifikasi ke desa yang memiliki wisata. 

Disamping itu ia dan tim juga tengah uji coba  agar wisata-wisata di Banyuwangi masuk ke aplikasi PeduliLindungi. Maka pemberian sertifikasi diprioritaskan untuk kegiatan outdoor tourism. 

“Karena tidak mungkin outdorr tourism ini tutup terus ya. Dengan adanya PeduliLindungi ini wisata yang sudah bersertifikasi bisa buka dan tetap mengedepankan prokes,” ujarnya.


Artikel BANYUWANGI BAGUS Lainnya :

0 komentar:

Posting Komentar

Scroll to top