FESTIVAL SEGO LEMENG DAN KOPI UTHEK, MENGANGKAT KULINER KHAS DESA BANJAR

Ragam kuliner khas Banyuwangi terus digali dan dikembangkan. Kali ini giliran Sego Lemang dan Kopi Uthek, kuliner khas Desa Banjar, Kecamatan Licin, Banyuwangi, diangkat dalam Festival Sego Lemeng dan Kopi Uthek, Sabtu (8/7/2017). Festival ini masuk dalam agenda resmi Festival Banyuwangi 2017, yang digelar sebagai promosi potensi desa yang memiliki  kekayaan budaya, kuliner serta keindahan alamnya.

Festival Sego Lemeng dan Kopi Uthek 2017
Pembukaan Festival ditengah persawahan Desa Banjar, Kecamatan Licin, Banyuwangi. (repro https://twitter.com/kominfosandibwi)

Apa sih keistimewaan Sego Lemeng atau Sego Lemang dan Kopi Uthek ini kok sampai difestivalkan?

SEGO LEMENG


Sego Lemeng atau Sego Lemang merupakan kuliner khas Suku Using Desa Banjar yang dimasak dengan cara dibungkus daun pisang.

Sego Lemeng/Lemang khas Desa Banjar, Banyuwangi.
Sego Lemeng (via Banyuwangi.Merdeka.com)

Sego lemeng adalah nasi yang telah diberi bumbu dan diisi cacahan daging ayam, potongan daging tuna atau ikan asin. Selanjutnya digulung dengan daun pisang dan dimasukkan ke dalam bilah bambu lalu dibakar saat akan dimakan.

Paduan aroma daun pisang dan bau asap dari pembakaran bambu yang terperangkap di dalam sego lemeng inilah yang menghasilkan citarasa sego lemeng yang khas, gurih dan sedap.

Kuliner dengan cita rasa yang sangat khas ini biasa dinikmati dengan beberapa sajian lauk lainnya seperti potongan telur dadar, sambal goreng ikan teri bercampur dengan kacang pedas manis, dan sambal lucu.

Lucu ini merupakan nama tanaman yang ada di Banyuwangi, semacam kecombrang. Tanaman ini daunnya dicampurkan kedalam sambal dengan beberapa bumbu sambal lainnya. 

Meskipun sekilas nampak sederhana, namun cita rasa yang dimiliki sangat nikmat. Cobalah sesendok dan Anda akan merasakan gurihnya Nasi Lemeng dalam gigitan pertama. Rasanya gurih, nikmat sekali dan sangat cocok disantap di tengah sejuknya udara Desa Banjar.

Menurut Tutut, salah seorang warga desa Banjar, Sego Lemang merupakan makanan khas yang berasal dari desanya. Secara turun-temurun warga desanya terbiasa menyantap hidangan dalam berbagai momen, seperti panen raya, pesta pernikahan dan syukuran desa.

Ada berbagai versi cerita mengenai Nasi Lemeng ini, namun warga Desa Banjar percaya awal hadirnya kuliner ini berasal dari orang tua mereka yang dahulu hidup dalam masa perang melawan Belanda.

Konon, sego lemeng adalah makanan yang menjadi bekal para gerilyawan yang sedang melakukan perlawanan terhadap penjajah Kolonial Belanda. Saat berjuang merebut kemerdekaan, banyak warga yang berjuang dan bersembunyi di hutan. Di sanalah, mereka membuat sego lemeng untuk bertahan hidup.

KOPI UTHEK

Kopi Uthek adalah kopi khas Desa Banjar yang disajikan dengan cara berbeda. Biasanya kopi yang digunakan di desa ini adalah kopi jenis robusta.
 
Kopi Uthek khas Desa Banjar, Banyuwangi.
Kopi Uthek dan hidangan pendampingnya (repro https://www.instagram.com/isunbanyuwangi)
Kopi yang telah di sangrai/roasting dan digiling menjadi bubuk siap diseduhkan dengan air panas. Cara menyeduh seperti ini biasa disebut kopi tubruk. Pembedanya di Desa Banjar, kopi ini disajikan dengan gula aren (nira) secara terpisah sebagai pendampingnya.

Cara menikmatinyapun unik, kopi hitam itu diminum terlebih dahulu kemudian gula aren digigit sedikit. Pahitnya kopi bercampur dengan legitnya gula aren menjadi satu cita rasa yang unik bagi penikmat kopi.

Nama Kopi Uthek ini juga bisa menimbulkan salah persepsi. Jangan keliru ya, nama uthek (Bahasa Jawa) ini bukan berarti otak lho. Yang benar, nama uthek itu berasal dari suara gula aren yang ketika digigit menghasilkan bunyi “thek”. Nah, lo!

Maka tak heran, Wakil Bupati Banyuwangi, Yusuf Widyatmoko, mengapresiasi Kopi Uthek sebagai bentuk kreasi masyarakat Desa Banjar yang luar biasa.

Di festival Sego Lemeng dan Kopi Uthek ini, sambil berwisata kuliner, para pengunjung diajak menikmati keindahan Desa Banjar. Ada beragam hiburan kesenian asli Desa Banjar ikut disuguhkan seperti barong, kuntulan, dan gandrung. Ditambah ada pertunjukkan Jazz Patrol dari Kampung Temenggungan, mantap coy!

Penampilan Jazz Patrol memeriahkan festival Sego Lemeng dan Kopi Uthek, mengajak penonton bernostalgia menikmati lagu-lagu Osing tahun  1960-an dengan nuansa jazzy (via grup WA Sosmed Bwi)

TRADISI MEPE SARUNG

Masyarakat suku Osing Banyuwangi memang dikenal kaya akan tradisi. Selain Tradisi Mepe Kasur, ada tradisi Mepe Sarung (menjemur sarung) yang selalu dilakukan warga Desa Banjar, saat Lebaran Idul Fitri. Dalam festival Sego lemeng dan Kopi Uthek ini, tradisi Mepe Sarung juga ditampilkan.


Tradisi Mepe Sarung menjadi kebiasaan masyarakat Desa Banjar turun-temurun hingga saat ini. Tradisi tersebut berawal saat belum ada setrika. Sebagai ganti setrika, warga Osing dulu sehabis lebaran menjemur sarung yang sudah dikenakan saat lebaran.
Tradisi Mepe Kasur Suku Osing Banyuwangi.
Tradisi Mepe Sarung Suku Osing yang tinggal di Desa Banjar (via Banyuwangi.merdeka.com)

Pada jaman dulu, kualitas kain sarung tidak sebaik sekarang. Sehingga bila tidak dijemur dengan cara diapit, maka akan mudah mengkerut.

Tradisi Mepe Sarung, menurut Lukman Hakim (40), Ketua Adat Desa Banjar, juga memiliki makna filosofis bagi masyarakat Desa Banjar.

Sarung yang dibentangkan dengan tegak lurus, menggambarkan masyarakat yang harus teguh dan percaya diri.

"Makne jejeg maneng (teguh/percaya diri). Seperti jejeke sarung, atas sama bawah diapit jajang (dihimpit bambu). Biasanya digantung di halaman rumah," jelasnya.

Meski masih lestari, tradisi Mepe Sarung ini diakui Lukman sudah mulai redup. Pada tahun 1970-an hampir semua masyarakat Banjar memiliki kebiasaan menjemur sarung dengan metode diapit, namun sudah mulai jarang pada tahun 1995.

Dalam Festival Kopi Uthek dan Kuliner Sego Lemang, pihaknya telah mengajak warga kembali melakukan tradisi Mepe Sarung. Totalnya ada sekitar 500 lebih bentangan sarung, dengan menghabiskan bambu 200 biji.

Inilah cara Lukman nguri-uri (melestarikan) salah satu tradisi yang mulai redup ditengah modernisasi kehidupan masa kini.

Letak Desa Banjar sendiri sangat strategis karena merupakan jalur yang dilewati para wisatawan yang akan ke Kawah Ijen. Perpaduan antara citarasa kulinernya yang khas, kisah historis, dan potensi alamnya Banjar yang indah, ini akan menjadi paket wisata komplit yang menarik bagi wisatawan. 

Paling tidak ketika kamu dalam perjalanan menuju Kawah Ijen, sejenak menikmati sajian Sego Lemeng dan Kopi Uthek dapat menjadi agenda yang seharusnya tidak terlewatkan. Kenapa tidak?


Artikel BANYUWANGI BAGUS Lainnya :

1 komentar:

  1. Festivalnya sangat menarik, mungkin jika akses jalan ke Desa banjar tidak langsung lewat jalur utama licin ijen namun menggunakan alternatif Desa jelun banjar akan lebih seru sebab ada pemandangan cukup menarik seperti sawah dengan terasiring, view dari tanjakan banjar, dan melewati perkampungan sayang akses jalan yang sangat jelek, semoga pemerintah kab. banyuwangi segera memperbaiki jalan tersebut sehingga potensi desa lainnya juga terangkat

    BalasHapus

Scroll to top