15 FAKTA TENTANG KEUNIKAN BANDARA BANYUWANGI

Bandar udara Banyuwangi, seperti juga di kota-kota lain, menjadi salah satu ikon Kabupaten Banyuwangi. Butuh proses perjuangan panjang untuk mewujudkan bandara yang semula bernama Bandara Blimbingsari ini. Bandara ini memiliki sejumlah keunikan yang membuatnya istimewa dan berbeda dengan bandara lain yang ada di Indonesia.

Bandara Banyuwangi merupakan terminal bandara pertama di Indonesia yang berkonsep bandara hijau (green airport), pembangunannya menggunakan APBD dengan dana yang relatif kecil. 

Arsitekturnya mengadopsi kekayaan budaya lokal Banyuwangi. Sehingga bandara ini bukan sekedar berfungsi sebagai salah satu pintu masuk ke Banyuwangi, namun sekaligus menjadi landmark baru yang menarik wisatawan.

Berikut 15 fakta tentang keunikan Bandara Banyuwangi yang terletak di Kecamatan Blimbingsari, Kabupaten Banyuwangi.

Alasan Kengototan Banyuwangi Membangun Bandar Udara



Fakta-fakta tentang Bandara Banyuwangi-Blimbingsari.
Bandara Banyuwangi, nama baru menggantikan nama sebelumnya, Bandara Blimbingsari.

Kabupaten Banyuwangi yang berada paling ujung timur Pulau Jawa, selama puluhan tahun hanya menjadi tempat persinggahan bagi lalu-lintas antara Jawa-Bali. Orang hanya memanfaatkan Banyuwangi untuk transit sebelum melanjutkan perjalanan ke tempat tujuan.

Meskipun akses ke Banyuwangi terhubung jalan darat yang mulus, tapi jaraknya cukup jauh. Dari Surabaya jaraknya hampir 300 km, butuh waktu tempuh normal 7-8 jam perjalanan darat. Apalagi orang dari provinsi lain, bakal berpikir panjang untuk berkunjung ke Banyuwangi.

Jangankan orang luar, orang Banyuwangi yang bekerja atau sekolah di luar kota, sering mengeluh jika harus melakukan perjalanan pulang kampung saat liburan atau mudik lebaran.

Tanpa akses transportasi yang mudah dan cepat, bagaimana Banyuwangi bisa maju dan mengejar ketertinggalan dengan kota lain yang sudah maju seperti Jember atau Malang, misalnya.

Dalam kata-kata Bupati Banyuwangi, Abdullah Azwar Anas :

"Tanpa bandara, akses ke Banyuwangi akan susah. Wisatawan, dunia usaha, kalangan pendidikan, dan masyarakat luas akan berpikir seribu kali ke Banyuwangi. Maka kami ngotot untuk mengembangkan bandara.".

Maka, tidak ada cara lain kalau Banyuwangi ingin maju, kehidupan masyarakatnya sejahtera, harus ada bandar udara. Sebab satu-satunya akses termudah dan tercepat mencapai Banyuwangi adalah naik pesawat. Inilah alasan utama kengototan Banyuwangi harus memiliki bandara. 

Dan atas komitmennya melakukan akselerasi pengembangan dan meningkatkan konektivitas Bandara Banyuwangi ini, Pemkab Banyuwangi diganjar Bandara Award (2016) oleh sebuah media yang fokus di bidang kebandaraan.



Dari Bandara Blimbingsari Menjadi Bandara Banyuwangi

Wajah Bandara hijau Banyuwangi (via https://www.instagram.com/kemenpar

Semula, bandara ini bernama Bandar Udara Blimbingsari. Hal ini terkait dengan lokasinya yang berada di wilayah Desa Blimbingsari, Kecamatan Rogojampi, Kabupaten Banyuwangi. Dari kota Banyuwangi, jaraknya sekitar 17 km.

Dalam perkembangannya, Desa Blimbingsari mengalami pemekaran dan statusnya meningkat menjadi Kecamatan Blimbingsari.

Berdasarkan keputusan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor KP 830 Tahun 2017, nama Bandar Udara Blimbingsari diubah menjadi Bandar Udara Banyuwangi.

Alasan perubahan nama bandara ini, agar lebih melekat dengan daerah. Dengan memakai nama Banyuwangi, promosinya akan lebih mudah daripada nama lama yang kurang familiar bagi warga luar. Apalagi ke depannya, Bandara Banyuwangi akan dikembangkan menjadi bandara dengan kapasitas besar, yaitu bandara internasional.

Toh nama Blimbingsari tidak menjadi hilang begitu saja. Bagaimana pun orang akan tetap menyebutnya Bandara Banyuwangi di Desa Blimbingsari, Kecamatan Blimbingsari, Kabupaten Banyuwangi, sebagai lokasi keberadaan bandara. 


Bandara Banyuwangi Satu-satunya Bandara Berkonsep Green Airport di Indonesia

Bandara Banyuwangi, bukan hanya bangunannya yang menganut konsep green airport, tapi lingkungan sekelilingnya juga tampak kehijauan oleh areal persawahan yang luas (via Kompas.com).

Bandara Banyuwangi unik dan anti mainstream. Berbeda dengan bangunan terminal bandara pada umumnya di Indonesia, yang banyak dipenuhi kaca, Bandara Blimbingsari menyuguhkan karya anti mainstream dengan menggunakan banyak kayu. Sebagian besar merupakan kayu bekas bahkan!

Terminal bandara mengedepankan konsep rumah tropis dengan penghawaan alami, sehingga nyaris tanpa AC. Desain interior minim sekat untuk menjamin sirkulasi udara dan sinar matahari.

Permainan sekat-sekat dari kayu didukung kolam ikan dalam ruang bandara, membuat sirkulasi udara lancar dan suhu tetap sejuk meski tanpa AC.
Hampir setiap sudut terminal dikelilingi kolam ikan untuk mengoreksi tekanan udara, aliran air di kolam ikan yang "mengepung" berbagai ruang membuat suhu ruang tetap sejuk. 

Kolam ikan di Bandara Banyuwangi bikin suasana jadi adem dan nyaman (via https://www.instagram.com/mita_paramitasari)
Pencahayaannya juga alami dari sinar matahari dengan permainan sekat pada interior ruang yang menggunakan kayu-kayu bekas. Yang dipilih adalah kayu Ulin bekas yang bertekstur khas.


Bandara Banyuwangi juga dihiasi dengan tanaman hijau yang akan membuat ruangan terasa asri dan natural.  
Taman tanaman hijau di Bandara Banyuwangi.
Taman tanaman hijau di dalam bandara membuat ruangan terasa asri dan natural
Atap gedung terminal menggunakan roof garden yang ditanami rumput gajah mini. Begitu juga sepanjang ventilasi atap menjuntai tanaman hias merambat Lee Kwan Yew.

Di sekeliling gedung terminal, seperti di atap gedung banyak tanaman hijau membentang. Semua atap menggunakan roof garden dengan rumput yang tumbuh menghijau. 

Pemilihan konsep bandara berarsitektur hijau disesuaikan dengan iklim tropis Indonesia, efisien dalam pengelolaan dan pemeliharaan, mengoptimalkan sumberdaya lokal dan material ramah lingkungan, memanfaatkan vegetasi untuk meminimalisir panas, dan mengelola limbah untuk keberlanjutan sumberdaya.

Filosofi Terminal Bandara Banyuwangi, Bentuk Atapnya Khas Rumah Suku Osing


Filosofi atap Bandara Blimbingsari merepresentasikan atap Suku Using, suku asli Banyuwangi, Jawa Timur. Dua atap yang berlawanan menjelaskan terminal kedatangan dan keberangkatan. (via Tribunnews.com)

Terminal bandara Banyuwangi dibangun dengan konsep bandara hijau dan mengadopsi kebudayaan lokal dengan mengusung kekhasan masyarakat Suku Using dalam arsitekturnya.

Atap terminal bandara mengadopsi atap rumah adat Suku Osing, suku asli Banyuwangi. Terdapat dua atap dengan arah yang berlawanan, menandatakan keberangkatan dan kedatangan.

Tak hanya itu, ciri khas budaya lokal juga terlihat dengan hadirnya Killing, yaitu kincir angin khas Suku Osing, di bagian depan bandara.

Di lantai dua, disediakan ruang anjungan yang mengarah langsung ke landasan. Ruangan ini untuk memfasilitasi budaya masyarakat yang ingin mengantar kerabatnya bepergian. Para pengantar bisa melihat kerabatnya hingga naik tangga pesawat sambil dada-dada (melambaikan tangan). Sebuah kearifan lokal khas Indonesia.

Selain itu dari lantai dua terminal bandara Banyuwangi, nantinya para penumpang bisa menikmati view pemandangan sawah nan hijau dan pemandangan aktivitas pesawat dan petugas bandara.

Bandara Banyuwangi adalah Indonesia Style Airport

Motif batik khas Banyuwangi di Terminal Bandara Internasional Banyuwangi.
Aneka motif batik Khas Banyuwangi menghiasai Terminal Bandara Internasional Banyuwangi (via https://www.instagram.com/azwaranas.a3)

Pembangunan Bandara Banyuwangi mengundang kekagumam sekaligus mendapat banyak apresiasi dari berbagai pihak lantaran mengusung konsep bandara hijau (green airport) yang sangat ramah lingkungan. Selain menjadi bandara pertama di Indonesia yang menerapkan prinsip eco-terminal yang efisien dari segi pemeliharaannya.

Banyak tokoh nasional, arsitek, wisatawan, dan publik memuji konsep Green Airport yang diusung dalam pembangunannya. 
Menko Maritim Luhut Binsar Pandjaitan, Menkeu Sri Mulyani Indrawati, dan Gubernur BI Agus Martowardojo berfoto bersama di Bandara Banyuwangi. Di bagian kanan tampak Killing, kincir angin khas Suku Osing (via Liputan6.com)

 “Saat saya sampai di bandara Banyuwangi saya langsung tahu kalau bandara tersebut di desain oleh arsitek profesional. Sangat unik dengan ciri kelokalannya sangat terasa,” komentar Direktur Bina Penataan Bangunan Kementrian Pekerjaan Umum, Iwan Supriyanto, saat mengunjungi Banyuwangi.

Keunikan Bandara Banyuwangi membuat Kementerian Perhubungan (2016) menetapkan Bandara Blimbingsari Banyuwangi, sebagai Indonesian Style Airport. Bahkan bandara ini merupakan satu-satunya terminal yang Indonesian Style.

Menurut Direktur Bandar Udara Kementerian Perhubungan, Yudhi Sari Sitompul, Bandara Banyuwangi yang mengadopsi kearifan lokal, layak diadopsi oleh daerah-daerah lainnya yang akan membangun bandara.

Arsitek Nasional Dibelakang Pembangunan Bandara Banyuwangi

Ada arsitek profesional dibalik perencanaan Bandara Banyuwangi 'green airport', dialah Andra Matin (via https://www.instagram.com/kemenpar)
Siapa arsitek di balik pembangunan Bandara Banyuwangi? Dialah Andra Matin, seorang arsitek ternama. Bukan sekali ini Andra dipercaya untuk merancang bangunan ikonik di Banyuwangi. Sebelumnya dia sudah pernah mengerjakan arsitektur masjid di Pendopo Banyuwangi.

Penunjukkan Andra sekaligus sebagai transfer pengetahuan dari arsitek nasional ke lokal. Ke depan diharapkan arsitek lokal bisa mencontoh bagaimana merancang bangunan di Banyuwangi, seperti ruko dan rumah makan memiliki konsep arsitektur yang khas, sederhana namun ikonik.

Biaya Pembangunan Bandara Banyuwangi Sangat Murah Hanya 45 M 

Unsur kayu mendominasi interior Bandara Banyuwangi (via https://www.instagram.com/baskoroadiwiyono)
Biaya pembangunan terminal Bandara Banyuwangi terbilang sangat murah lo. Hanya 45 M. Cukup murah untuk membangun bandara dengan hasil yang sangat baik. Setidaknya 4 kali lebih murah dari bandara lain. Sebab di sejumlah daerah lain, pembangunan terminal bandara menelan dana hingga ratusan miliar.

Tak pelak, angka tersebut membuat terkejut Menko Kemaritiman Luhut Panjaitan dan Menteri Keuangan Sri Mulyani ketika menyambangi Banyuwangi.

Lebih-lebih biaya pembangunannya tidak membebani anggaran negara. Jika bandara lain dibangun dengan APBN, Bandara Banyuwangi beda, karena dibangun menggunakan APBD Banyuwangi. Artinya Banyuwangi membangun bandaranya dengan kekuatan sendiri.

Penggunaan dana APBD juga atas pertimbangan agar mempercepat prosesnya. Meskipun dananya terbilang kecil, namun Bandara Banyuwangi sangat representatif dan ikonik. Kondisi bangunannya terpelihara dengan baik, karena Banyuwangi menganggarkan biaya pemeliharaan Bandara Banyuwangi Rp 100 juta per bulan.

Landasan Pacu Bandara Banyuwangi Bisa Melayani Pesawat Boeing


Landasan pacu Bandara Banyuwangi.
Bandara Banyuwangi dengan landasan pacunya (via https://www.instagram.com/kemenpar)
Jangan berpikir, Bandara Banyuwangi langsung dibangun seperti jadi seperti sekarang. Prosesnya bertahap. Pada tahap awal, landasan pacu (runway) bandara ini hanya sepanjang 900 M dan lebar 23 M di tahun 2005.

Dua tahun berikutnya, pada 2007 ditingkatkan jadi 1.400 M. Setahun kemudian dilakukan pelebaran runway dari 23 M menjadi 30 M.

Lalu pada 2012, landasan pacunya ditambah menjadi 1.800 M. Meningkat lagi menjadi 2.225 M pada 2015.

Selanjutnya untuk mengantisipasi jumlah penumpang yang terus meningkat dan mampu didarati pesawat besar, pada tahun 2018 landasan pacu Bandara Banyuwangi ditambah menjadi 2.500 M dan lebar 45 M. Selain itu tebal landasan ditingkatkan menjadi PCN (pavement classification number) 56, sehingga bisa mengakomodir pesawat Boeing.

Selain itu, kapasitas apron (tempat parkir pesawat) juga ditingkatkan. Saat ini Bandara Banyuwangi memiliki apron seluas 41 ribu meter persegi, dan mampu menampung 9 pesawat sekelas Boeing 737. 

Dengan runway yang panjang dan lebar maka akan menarik minat maskapai untuk terbang ke Banyuwangi.


Pertumbuhan Penumpang Di Bandara Banyuwangi Meningkat 1700 Persen Dalam 8 Tahun, Berkat Strategi Yang Jitu 



Kesibukan di Bandara Banyuwangi
Kesibukan di Bandara Banyuwangi sejalan dengan pertumbuhan penumpang yang terus meningkat dari waktu ke waktu (via https://www.instagram.com/banyuwangi_kab)

Dari tahun ke tahun jumlah penumpang di Bandara Banyuwangi terus tumbuh secara signifikan. Tahun 2011, jumlah penumpang di Bandara Banyuwangi hanya 7.836 orang, menjadi 140.683 orang pada 2017, atau meningkat hampir 1700 persen. Hingga Oktober 2018 jumlah penumpang sudah tembus 307 ribu lebih. Tak heran, makin banyak maskapai yang tergiur masuk ke pasar Banyuwangi.

Dibalik statistik pertumbuhan jumlah penumpang di Bandara Banyuwangi yang sangat mengesankan ini, awalnya sempat ada keraguan tentang keberlangsungannya, mengingat saat itu belum terbentuk pasar penerbangan di Banyuwangi. Apalagi Banyuwangi tidak menerapkan subsidi APBD pada maskapai.

Banyuwangi menjawab keraguan itu dengan strategi meningkatkan perekonomian lokal. Bupati Azwar Anas yakin, untuk membentuk pasar penerbangan, perekonomian lokal harus tumbuh. Jika perekonomian lokal meningkat maka akan mempengaruhi permintaan penerbangan. 

Untuk menggelorakan perekonomian daerah, Pemkab Banyuwangi membuat banyak program yang bertumpu pada pariwisata. Maka setiap tahun diadakan puluhan festival sambil terus mempromosikan destinasi wisata yang dimiliki. Ekonomi lokal pun menggeliat.

Hasilnya, terbukti terjadi lonjakan jumlah penumpang pesawat yang sangat tinggi dari tahun ke tahun. Dengan makin berkembangnya pasar lokal, maskapai penerbangan kian antusias masuk ke Banyuwangi. 

Tanggal 16 Juni 2017 pun menjadi hari bersejarah bagi Banyuwangi ketika NAM Air, secara resmi membuka rute Jakarta-Banyuwangi. Yang kemudian diikuti Garuda Indonesia, Citilink dan terakhir Batik Air juga membuka rute yang sama.

Bandara Banyuwangi Memiliki Tingkat Keamanan Terbaik



Meski masih dalam tahap pengembangan, Bandara Banyuwangi memiliki keselamatan terbaik se Indonesia. Berdasarkan penilaian audit “safety and security” diantara semua bandara di Indonesia yang berjumlah 185 unit penyelenggara bandara udara (UPBU) yang berada di bawah pengelolaan Kemenhub pada tahun 2016 lalu, Bandara Banyuwangi meraih poin tertinggi dalam enam aspek pengamanan bandara.

Bandara Banyuwangi yang saat penilaian masih bernama Bandara Blimbingsari meraih poin sebesar 78.

Nilai itu didapatkan dari evaluasi terhadap enam "critical element" (CE) yang meliputi berbagai aspek, mulai dari pengamanan bandara, standar operasi prosedur yang diterapkan, hingga kualifikasi petugas bandara.

Dengan predikat tersebut tentunya akan membuat wisatawan semakin nyaman bepergian ke Banyuwangi lewat udara. 

Bandara Banyuwangi Jadi Tempat Belajar Bagi 3 Sekolah Pilot


Dua pesawat latih di Bandara Banyuwangi (via www.republika.co.id)
Selain sebagai bandar udara, Bandara Banyuwangi juga dimanfaatkan tempat belajar bagi sekolah pilot. Tidak tanggung-tanggung, ada 3 sekolah pilot di Banyuwangi, yaitu Loka Pendidikan dan Pelatihan Penerbang (LP3B), Mandiri Utama Flight Academy, dan Bali International Flight Academy (BIFA).

LP3B merupakan satu-satunya sekolah pilot negeri milik Kementerian Perhubungan, sedang yang lain merupakan sekolah pilot milik swasta. Sampai 2016, dari tiga sekolah tersebut sudah dihasilkan 534 penerbang.



Komitmen Banyuwangi Mempertahankan Identitas Lokal


Lahan di sekeliling Bandara Banyuwangi berupa persawahan, Pemkab Banyuwangi bertekad mempertahankannya (via https://www.instagram.com/indrawijaya1230)

Membangun itu mudah, mempertahankan itu yang sulit. Namun Pemkab Banyuwangi telah berkomitmen untuk melakukan penataan ruang di wilayahnya untuk kepentingan jangka panjang.

Setiap bangunan penting di Banyuwangi, seperti pembangunan hotel, wajib dipresentasikan untuk memastikan kekhasan lokal terakomodir dalam arsitektur bangunan tersebut.

Dengan cara memasukkan identitas budaya ke dalam arsitektur bangunan yang didirikan, maka arsitektur lokal menjadi identitas dan daya tarik yang membedakan Banyuwangi dengan daerah lain.

Selain itu arsitektur dengan kekhasan lokal juga menjadi bagian warisan budaya yang bisa dinikmati oleh generasi yang akan datang.

“ Kita ingin agar kekhasan lokal menjadi tuan rumah di daerahnya sendiri. Dan masyarakat Banyuwangi juga bangga dengan apa yang dimiliknya,” ujar Bupati Anas dalam satu kesempatan.

Dalam hal Bandara Banyuwangi, Pemkab Banyuwangi telah mengeluarkan larangan Izin Mendirikan Bangunan (IMB) dalam radius 17 kilometer di kawasan bandara.

Kebijakan ini guna menjaga lanskap lahan pertanian di sekitar bandara yang masih didominasi persawahan. Sekitar 500 hektar sawah yang terhampar di sekeliling bandara akan dipertahankan tetap menghijau.

Bandara Banyuwangi Sudah Dilengkapi Bus Bandara



Lazimnya sebuah bandara dilengkapi dengan layanan transportasi umum, salah satunya bus, di Bandara Banyuwangi juga terdapat angkutan umum bus Damri yang melayani beberapa rute. Namun untuk saat ini baru ada rute menuju Pelabuhan Ketapang.

Dalam sehari bus Damri ini dijadwalkan 4 kali perjalanan yang waktunya sudah disesuaikan dengan jadwal penerbangan.

Akhirnya ... Bandara Banyuwangi Resmi Menyandang Status Sebagai Bandara Internasional yang Kedua Di Jawa Timur, Tepat Di Hari Jadi Kabupaten Banyuwangi

Penerbangan perdana Citilink rute Banyuwangi-Kuala Lumpur.
Water salute untuk Citilink sebagai ucapan selamat datang di Bandara Internasional Kuala Lumpur, Malaysia setelah terbang langsung dari Banyuwangi. (via https://www.instagram.com/alunalungenteng) 

Setelah berjuang dan penantian selama 8 tahun, akhirnya Bandara Banyuwangi bisa membuka rute internasional dan resmi menyandang status Bandara Internasional Banyuwangi. Maka tercapailah impian banyak orang Banyuwangi, terbang langsung ke luar negeri dari Banyuwangi!

Ini bisa jadi kebanggan tersendiri bagi masyarakat Banyuwangi. Bukan bandara Abdurrahman Saleh di Malang yang sudah jauh lebih lama berdiri, tapi Bandara Banyuwangi yang berhasil lebih dulu naik status menjadi bandara internasional. Ini tercatat sebagai bandara internasional kedua di Jawa Timur, setelah Juanda.

Momen bersejarah ini sekaligus jadi kado paling istimewa untuk Kabupaten Banyuwangi, karena penerbangan perdana rute internasional tersebut tepat pada tanggal 19 Desember 2018, yang merupakan Hari Jadi Banyuwangi yang ke 247.

Adalah maskapai Citilink yang melakukan penerbangan internasional perdana dari Bandara Banyuwangi dengan rute Kuala Lumpur-Banyuwangi.

Citilink menggunakan Airbus A-320 berkapasitas 180 penumpang. Penerbangan Banyuwangi-Kuala Lumpur hanya butuh waktu 2 jam 30 menit. Pada tahap awal, frekuensi penerbangan dijadwalkan sebanyak 3 kali sepekan, yakni Rabu, Jumat dan Minggu.


Bukan tak mungkin, nantinya rute yang sama juga dilayani oleh Air Asia, yang memang meminatinya. Sama terbukanya kemungkinan penerbangan internasional dari negara lain, seperti Singapura atau Australia.



Sampai Akhir 2018 ada 10 Kali Penerbangan Setiap Hari Ke Banyuwangi 

Semakin mudah terbang ke Banyuwangi, banyak pilihan maskapai yang tersedia.

Kini, ke Banyuwangi semakin mudah. Semakin banyak alternatif penerbangan langsung ke Banyuwangi. Bukan suatu yang mudah, ada proses yang dilalui.

Dari yang awalnya hanya tiga kali penerbangan dalam seminggu, lalu menjadi tiga kali penerbangan dalam satu hari. 

Dari rute tunggal Banyuwangi-Surabaya, bertambah dengan rute Banyuwangi-Jakarta, dan disusul rute internasional Banyuwangi-Kuala Lumpur. 

Dari semula dilayani pesawat berkapasitas 9 orang bermesin baling-baling, naik jadi pesawat yang lebih besaar, lebih besar lagi sampai akhirnya 

Sampai akhir 2018, sudah ada 10 kali rute penerbangan langsung ke Banyuwangi PP.

Rinciannya, 6 kali dari Jakarta oleh NAM Air, Garuda Indonesia, Citilink dan Batik air. Tiga kali penerbangan dari Surabaya oleh Wings Air dan Garuda Indonesia. Plus, satu penerbangan internasional dari Kuala Lumpur, Malaysia.

Ke depan, jumlah maskapai dan frekuensi penerbangan ke Banyuwangi pasti semakin bertambah.

Logikanya, dengan terbukanya konektivitas dari dan ke Banyuwangi makin mengundang banyak orang yang datang ke Banyuwangi untuk tujuan wisata, pribadi maupun bisnis.

Sebaliknya, makin banyak pula warga Banyuwangi dan daerah sekitarnya yang menggunakan Bandara Banyuwangi untuk bepergian ke berbagai wilayah dalam dan luar negeri Indonesia.

Itulah ke 15 fakta unik tentang Bandar Udara Banyuwangi mulai dari awal pembangunan hingga menjadi bandara internasional kedua di Jawa Timur.

Ayo, ke Banyuwangi!

Artikel BANYUWANGI BAGUS Lainnya :

1 komentar:

  1. Bangga sekali dengan kearifan lokal yg diusung dan untuk kedepanya akan menjadi bandara internasional yg mudah untuk di akses semua negara

    BalasHapus

Scroll to top