DE DJAWATAN BENCULUK, ONCE UPON A TIME IN BANYUWANGI

De Djawatan Benculuk - Berada di tempat ini kita seakan dibawa ke masa lampau di suatu tempat yang berbeda dengan kehidupan masa kini. Yang pernah nonton film Lord of The Rings, suasana di tempat ini serasa berada di hutan dalam film tersebut. Pepohonan besar di sekeliling nan rindang mengingatkan kita pada bentuk pepohonan di Hutan Fangorn dalam film Lord of The Ring maupun Hobbit.


Padahal ini De Djawatan, yang sebelumnya lebih dikenal oleh warga lokal sebagai Djawatan Benculuk. Benculuk adalah nama sebuah desa di Kecamatan Cluring, Kabupaten Banyuwangi.

Djawatan sejatinya merupakan kawasan hutan lindung milik Perhutani KPH Banyuwangi Selatan. Sejak zaman penjajahan Belanda, disini menjadi Tempat Penimbunan Kayu (TPK) dari hasil hutan milik Perhutani di kawasan selatan Banyuwangi. 

Keunikan sekaligus kekhasan Djawatan terletak pada banyaknya pohon trembesi berukuran besar yang menghuni kawasan ini.

Ada sekitar 50 pohon trembesi besar peninggalan Belanda yang masih hidup di lahan sekitar 3,8 hektar ini.

Yang membuat pohon trembesi ini berkesan kuno bahkan angker, lantaran seluruh bagian pohonnya tertutup oleh sejenis benalu atau pakis, yang menumpang hidup di batang pohon. Dikejauhan seakan pohon ini memiliki bulu-bulu yang menyeramkan. 

Pohon-pohon trembesi tersebut juga menjadi sarang kalelawar, sehingga baunya pun cukup terasa jika kita berada dibawahnya.

Sejalan dengan misi Kabupaten Banyuwangi mengembangkan wisata alam, Djawatan pun mendapat perhatian. Bertahap Djawatan mulai ditata dan dikembangkan sebagai salah satu destinasi wisata baru di Banyuwangi selatan. Hasilnya, Djawatan tampil lebih rapi dan bersih, dilengkapi fasilitas yang memadai bagi pengunjung.

Sejak dipoles dengan wajah baru, namanya pun disesuaikan agar lebih menjual. Djawatan Benculuk pun sekarang berubah menjadi De Djawatan.

Bukan sekedar ganti nama, tapi ada suasana baru yang dihadirkan. Ada sentuhan warna-warni ceria mewarnai kawasan pepohonan tua.

Beberapa pihak menyayangkan hadirnya suasana kontras De Djawatan, ada yang lebih senang Djawatan tetap seperti sebelumnya tanpa warna-warni mencolok. Tapi sebaliknya, tidak sedikit yang lebih menikmati De Djawatan dengan wajah barunya, tanpa menghilangkan ciri khas pepohonan tuanya.

Beberapa sarana dan prasarana dibangun tanpa harus merusak fungsinya sebagai hutan lindung. Pengunjung dibuat nyaman dengan tersedianya fasilitas toilet, tempat ibadah, hingga area parkir yang memadai.

Namun disini tidak tersedia wahana permainan yang menggunakan peralatan elektronik. Semua fasilitas memanfaatkan bahan alami, seperti rumah pohon, jembatan, spot selfie dan kendaraan bekas untuk mengangkut kayu. Sehingga secara keseluruhan wajah baru De djawatan tidak merusak lingkungan dan harmoni tetap terjaga.

Yang pasti De Djawatan makin menarik perhatian orang dan membuat penasaran bagi yang belum sempat melihatnya.

Buat kamu yang sedang melintas di Banyuwangi selatan, khususnya di sekitar Jajag-Benculuk, sempatkan mampir ke De Djawatan. Lokasinya persis berada dekat jalan raya Benculuk, 100 meter sebelah selatan pertigaan ke kantor Samsat Benculuk.

De Djawatan adalah wajah lain Banyuwangi yang mengajak kita seakan berada di suatu masa lampau yang jauh dari suasana modern. Kamu pasti menyukainya. 

Untuk menikmatinya kamu hanya perlu membayar tiket Rp 2 ribu per orang, parkir sepeda motor Rp 1.000, mobil Rp 5.000. Murah meriah kan?


Lokasi De Djawatan Benculuk, Banyuwangi


Bukan Lord of the Ring, tapi De Djawatan Benculuk.












De Djawatan Benculuk
Wajah baru De Djawatan

Pintu masuk De Djawatan Benculuk, hanya 100 meter dari jalan raya.


Parkir De Djawatan yang luas.




Rumah pohon di De Djawatan Benculuk
Rumah pohon, salah satu spot favorit.




Senyum yang manis dari mbak yang manis.



Fasilitas berkuda di De Djawatan.

Artikel BANYUWANGI BAGUS Lainnya :

0 komentar:

Posting Komentar

Scroll to top